Yamaha, Pertemukan Aku dengan Dia (Lagi)

Posted on Rabu, 20 Maret 2013 |

Langkah-langkah yang telah tertempuh

Melesatkan kita ke tujuan

Waktu waktu terus buktikan

Cuma kita yang semakin di depan

Sudah lebih dari seminggu terakhir lagu ini mengiang-ngiang terus di kepala saya. Tidak ada momen spesial kalo ditanya gimana ceritanya tiba-tiba bisa begitu. Yang saya ingat hanya pas itu saya sedang menikmati libur panjang di kampung halaman, seperti hari-hari biasa kalau di kampung, sore-sore saya baru sampai di rumah pulang dari toko, saya abis bantu-bantu ayah disana, begitu Yamaha saya diparkir di garasi saya langsung samperin tivi yang lagi nyala tapi tidak ada orang lain yang sedang nonton. Bisa ditebak, tak lama kemudian keluarlah iklan Yamaha, jinglenya yang enak di dengar dan video klipnya yang sarat dunia petualangan, matching sekali. Saya tahu saya bukan pertama kali nonton iklan Yamaha yang itu, saya sudah beberapa kali lihat di tivi, namun  baru saat itu saya ngeh kalo lagunya ternyata enak juga. Sejak saat itu lagu itu sering sekali berputar di kepala saya. Selain itu setiap kali iklan itu muncul lagi, gelagat berpetualang saya selalu timbul, gimana engga, videonya yang para petualang menjelajah sampai ke tebing-tebing tinggi dengan panoramanya yang indah, trus ke tempat-tempat ekstrim lainnya yang balance dengan keindahan pemandangannya yang juga ga kalah ekstrim. Para petualang yang berpetualang bersama Yamaha . Ah, bikin mupeng taauuuu.

Tidak hanya sisi petualang, namun kalau di-flashback, ada juga sisi melankolis Yamaha, yang turut mengisi kehidupan saya dan keluarga *sedaaap. Saya ingat betul track record dan momentum setiap anggota keluarga saya bersama Yamaha. Misalnya kakak saya. Tiga tahun yang lalu, kakak saya memasuki semester zona skripsi, entah sudah berapa milyar triliun rupiah uang yang sudah dikeluarkan hanya untuk ongkos ngalor ngidul naik angkot, bus kota, bus antar daerah, dan apapun itu jenis dan moda trasnportasi umum di antero Kota Padang dan transportasi antar kota (karena kami tinggal di luar Kota Padang jadi kakak saya kos-kosan di Padang sehingga berapa kali gitu dalam seminggu kakak saya baru bisa pulang kampung). Orang tua saya akhirnya aware dengan masalah yang berdampak pada keuangan negara keluarga ini setelah menerima pengaduan dari kakak saya tersebut (kesannya ayah saya kayak customer service aja menerima pengaduan). Ongkos transport yang sudah tidak bisa ditolerir bukan masalah yang bisa diabaikan begitu saja kalau memang mau konsisten berhemat. Setelah ayah memakai metode penelitian kuantitatif dengan pemilihan sampel secara acak (apadeh), maka diputuskanlah untuk membelikan Yamaha Mio untuk kakak saya tersayang-unyu-unyu-hak-hak-hak (apasih) demi meminimalisir biaya transportasinya.

Bahkan saya juga bisa merasakan impact keuangan kakak saya semenjak kakak saya ber-“Mio” itu. Bayangkan saja, dulu setiap kali saya dititipin uang oleh kakak saya buat disuruh beli ini itu keluar rumah, kembali lima ratus perak aja ditagih. Makanya setiap saya disuruh-suruh beli apa-apa sama kakak saya saya suka males-malesan, karena seengganya kan saya dapet imbalan jasa gitu kek dari hasil jerih payah saya capek capek jalan keluar. Meski cuma dikasih lima ratus perak, masih saya hargain kok. Saya udah merasa bahagia dengan lima ratus kembalian tadi kalo dikhlasin seengganya bisa saya beliin gorengan apa gitu bakwan ato apa meskipun cuma dapat satu.

Yah, sekarang bisa dibilang enak berkompromi dengan kakak saya. Sejak beli Mio katanya udah ga seboros dulu lagi. Bahkan saya sekarang sering dikasih uang saku tambahan karena berkat Yamaha kakak saya selain bisa ngirit juga dapet kerja part time selagi kuliah. Nice job, Yamaha!
Masa-masa yang dilalui kakak saya bersama Yamaha di bangku D3 mengantarkan kakak saya ke gerbang wisuda dengan predikat lulusan terbaik ke-2. Begitulah, sedikit banyak Yamaha tlah berjasa membantu kakak saya menyelesaikan kuliah D3-nya. Dan kini kakak saya sedang menjalani sekolah keprofesian sebagai bidan, dan ia masih mempercayakan Mio-nya yang selalu siap mendampingi kakak saya pergi kemanapun dalam urusan kuliah maupun luar kuliah, cemungudh ea qaqaaaa…. Cemungudh eaa eamahaaa (Yamaha maksudnya)…

hah!? itu kan saya!!?? kyaa kyaa! #gajelas
Bagaimana dengan saya dan Yamaha? Sedikit curhat dan informasi bahwa saya saat ini kuliah di tanah Jawa dalam rangka menuntut ilmu demi masa depan yang harus cemerlang. Sampai saat ini saya masih belum dibelikan kendaraan, karena kebetulan saya juga belum minta, pffft. Padahal dikeluarga saya sayalah yang paling jauh kuliah(merantau)nya, Sumatera-Jawa lho broh! Lo kira deqqet gitu? Kalo lo mikirnya gitu, berarti lo sakit jiwa tau ga!? Menurut mata penerawangan saya, aiss! Gahar bet bahasanya. Tahun depan ekonomi keluarga saya kelihatannya bakal membaik. Makadari itu saya memutuskan minta motor ke ayah tahun depan saja. Motornya apa? Ya Yamaha-lah! Pengennya sih Yamaha Xeon RC, motor keluaran terbaru. Saya suka desain dan bodynya, bagi saya Yamaha Xeon RC itu motor yang paling rancakbana dibanding motor matic lainnya. Banyak spesifikasi yang terbilang beda dari motor matic lainnya, selain kehadiran FI yang bikin irit, juga ada teknologi Auto Head Light On yang sesuai dengan peraturan berkendara di Indonesia. Trus ada Integrated Key Shutter, lubang kunci starter motornya juga merupakan lubang kunci bagasi. Smart Lock System membantu pengereman di jalan menanjak atau menurun, dan masih banyak lagi yang lainnya yang mensupport Yamaha Xeon RC menjadi yang Canggih dan Cepat. Keren tauk!

apa yang telah kita lalui bersama #eaaa
By the way in da hoy, demi apapun itu saya juga berharap kelak dengan Yamaha saya bisa menemukan cinta saya . Ehm, gomong-ngomong soal asmara bersama Yamaha, saya punya cerita nih. Waktu pulang kampung tahun kemarin saya seperti biasa menyempatkan diri melepas kangen keliling kampung dengan Yamaha Mio-nya kakak saya yang saya ceritain di awal tadi. Terlepas dari itu ada hal yang membatin di saya perihal masa-masa kecil yang dulu saya lalui bersama seorang teman perempuan sebut sajalah namanya “Lily”, engg… engaa deh, ganti, nama itu bikin saya jadi lebih keinget guru Kimia SMA saya. Kita ganti jadi… Sebut sajalah namanya “Dita”. Kebetulan saya ogah blak blakan disini share tentang masa-masa saya bersama dia. For example, “Oooo, dulu gue sama Dita itu gini gini gitu gitu, uuuh, lucu banget tau ga sih, romantis bangeeeet, blaah blaah”. No! Yang jelas memori-memori saat dulu kecil bersama dia masih ingat di otak saya, seromantis-romantisnya itu dan juga sejelek-jeleknya momen itu dulu. Back to jalan-jalan ceria keliling kampung dalam rangka melepas kangen. Jadi saat saya dijalan mau pulang tiba-tiba saya merasa ada motor lain mendekati saya, sejurus kemudian motor tadi sudah mengiringi motor saya persis di samping saya, dan saya tidak kenal dengan wajah perempuan yang bawa motor Xeon (waktu itu Xeon RC belum keluar), apa maksudnya mengiring motor saya. Langsung ke inti cerita, “Kamu Deki kan?” perempuan yang diboncenginya itu menyahut ke saya. Saya kaget luar biasa cetar bahana mengetahui bahwa yang diboncenginya itu yang tidak saya perhatikan sebelumnya ternyata adalah Dita. Sebagai informasi yang cukup vital, Dita sudah sekitar 8 tahun pindah ke Jakarta. Otomatis saya sudah bisa dibilang lama tidak ketemu Dita yang wajahnya masih sama “chantique”-nya dengan Dita yang dulu hanya tentu saja yang berubah itu posturnya yang tambah tinggi. Karena namanya juga long time no see, jadi hal semacam ber-“waah udah lama ya ga ketemu” ria, atau kesimpulannya saling menyatakan rasa perihal betapa lamanya kita sudah tak bertemu dan saling berkomentar perihal penampilan kita masing-masing sekarang ini dibanding dulu masih kecil lutu-lutuna adalah hal yang wajar. Soal penampilan kita yang sekarang kita justru punya pendapat berkebalikan, saya akui Dita wajahnya persis seperti kecil dulu, sedang Dita terus-terusan bilang kalo muka saya berubah drastis, berubah banget, pokoknya berubah deh, Dita hanya tidak tahu bahwa waktu dia sudah pergi saya pernah dititipkan jam tangannya Power Ranger (yang dipake buat berubah itu lhoo jeung).

Singkat cerita, setelah itu Dita pindah motor ke motor saya, temannya pulang duluan. Apasebab? Saya mau ngajakin Dita jalan-jalan, seharian saya menghabiskan waktu bersamanya. Saya membawanya duduk-duduk ke pinggir danau kebanggaan kampung saya. padahal tadinya saya sudah kesana, tapi gapapa, demi Dita, trus lagian juga kan ada Yamaha, irit dan gesit. Kadang suka salah tingkah jika saat ngobrol Dita mengingat-ingat betapa konyolnya seorang Deki Nofendi di jaman baheula itu. ckck, ah Dita, aku colek juga nih dagunya Dita. Tapi sayang ga berani, sentuh aja ga berani #gleg.

Tapi sedihnya Dita bilang besoknya dia sudah mau balik ke Jakarta, FYI, kedatangan Dita ke kampung karena ayahnya ada urusan di kampung dan dia juga ikut karena kebetulan Dita juga sedang libur. Tentu saya sedih, karena asik seharian bersamanya saya sampai lupa menanyakan nomernya . Saya mengantarkan Dita pulang dengan muka manyun di sepanjang jalan. Saya sedih, saking sedih dan kecewanya sampai di rumah Dita pikiran saya pun kosong, saya langsung putar pulang dan lupa minta nomer kontaknya.  Yang dipikiran saya saat kita berpisah hanya sedih dan saya tidak kepikiran minta nomer telepon dia. Saya menyesal. Saya harap suatu saat nanti dia balik lagi kekampung, saat saya sudah berani untuk bilang kalimat yang sebenarnya singkat tapi butuh nyali untuk menyatakannya, sebut saja kalimat… “Aku sayang kamu”. Kalo nantinya saya masih single sih, hehe…

Yamaha ku kini (sedikit modifikasi dari abang saya)

Jika nanti Dita kembali lagi, saya akan membawanya duduk-duduk lagi di pinggir danau, tapi tak hanya itu, saya juga sudah niat kelak saya akan menunjukkan tempat yang paling berkesan saat kita kecil dulu.Tempat saat kita masih saling malu-malu bertatapan satu sama lain ketika pelajaran olahraga, tempat saat kita masih mencuri-curi pandang ketika kami bergabung dengan anak-anak kampung lainnya beramai-ramai menangkap belalang, ini bukan hanya tempat berkesan bagi kita saat dulu kecil, tapi juga bagi kebanyakan anak-anak dikampung saya. Pada saat itu saya akan membawanya dengan Yamaha Xeon RC baru saya yang nanti bakal semakin tak tertandingi (kalo nanti dibeliin ayah sih, pokoknya harus lah itu) untuk menunjukkan padanya tempat yang saya maksud, lapangan belakang rumah. Ah, saya harap Xeon RC segera hadir di kehidupan saya. Haruslah itu, harus yaa, pokoknya harus harus, aku ga mau tau, pokoknya harus.

Jadi demikianlah seingat saya , Tuhan dan Yamaha telah mempertemukan dan menghubungkan saya dengan banyak orang yang saya sayangi.  Maka dari itu, saya yakin Yamaha akan turut serta kembali membantu mempertemukan saya dengannya lagi, atau dengan siapapun itu “cinta” saya, dan di kacamata seorang Deki Nofendi, Yamaha bisa membantu di segala hal, bahkan perihal asmara sekalipun.

6 komentar:

Amir mengatakan...

wUIH, KEREN GAN. lIHAT PUNYAKU JUGA YA ?

http://amir-silangit.blogspot.com/2013/03/sebagus-inikah-sepeda-motor-anda.html

Dede Ariyanto mengatakan...

Pemandangan yg di kebun teh itu di Sumatera atau Jawa mas Indah. Kuliah di Jawa tepatnya dimana? Salam kenal, jika berkenan mampir juga yah di blogku Klik disini

Anonim mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Anonim mengatakan...

@Amir thanks gan! okke gan!
@Dede itu di Sumatera mas, saya di semarang mas, sipp, tak mampir sek, thnks

Unknown mengatakan...

wah bagus artikelnya kawan, semangat ,,,,,, salam blogger :)
ditunggu visit and coment nya ya di http://yogamaha.blogspot.com/2013/03/yamaha-vs-bungkus-kopi.html

Anonim mengatakan...

okethanks kawan

Posting Komentar

Jika anda tidak mempunyai akun LiveJournal/WordPress/TypePad/AIM/OpenID, silakan beri komentar sebagai Anonymous (tanpa identitas) atau Name/URL (via email)

Followers