Langkah-langkah yang telah tertempuh
Melesatkan kita ke tujuan
Waktu waktu terus buktikan
Cuma kita yang semakin
di depan
Sudah lebih dari seminggu terakhir lagu ini mengiang-ngiang
terus di kepala saya. Tidak ada momen spesial kalo ditanya gimana ceritanya
tiba-tiba bisa begitu. Yang saya ingat hanya pas itu saya sedang menikmati
libur panjang di kampung halaman, seperti hari-hari biasa kalau di kampung,
sore-sore saya baru sampai di rumah pulang dari toko, saya abis bantu-bantu
ayah disana, begitu Yamaha saya diparkir di garasi saya langsung samperin tivi
yang lagi nyala tapi tidak ada orang lain yang sedang nonton. Bisa ditebak, tak
lama kemudian keluarlah iklan Yamaha, jinglenya yang enak di dengar dan video
klipnya yang sarat dunia petualangan, matching sekali. Saya tahu saya bukan pertama
kali nonton iklan Yamaha yang itu, saya sudah beberapa kali lihat di tivi,
namun baru saat itu saya ngeh kalo
lagunya ternyata enak juga. Sejak saat itu lagu itu sering sekali berputar di
kepala saya. Selain itu setiap kali iklan itu muncul lagi, gelagat berpetualang
saya selalu timbul, gimana engga, videonya yang para petualang menjelajah
sampai ke tebing-tebing tinggi dengan panoramanya yang indah, trus ke tempat-tempat
ekstrim lainnya yang balance dengan keindahan pemandangannya yang juga ga kalah
ekstrim. Para petualang yang berpetualang bersama Yamaha . Ah, bikin mupeng
taauuuu.
Tidak hanya sisi petualang, namun kalau di-flashback, ada
juga sisi melankolis Yamaha, yang turut mengisi kehidupan saya dan keluarga *sedaaap. Saya
ingat betul track record dan momentum setiap anggota keluarga saya bersama Yamaha. Misalnya kakak saya. Tiga tahun yang lalu, kakak saya memasuki semester
zona skripsi, entah sudah berapa milyar triliun rupiah uang yang sudah dikeluarkan
hanya untuk ongkos ngalor ngidul naik angkot, bus kota, bus antar daerah, dan
apapun itu jenis dan moda trasnportasi umum di antero Kota Padang dan transportasi
antar kota (karena kami tinggal di luar Kota Padang jadi kakak saya kos-kosan
di Padang sehingga berapa kali gitu dalam seminggu kakak saya baru bisa pulang
kampung). Orang tua saya akhirnya aware dengan masalah yang berdampak pada
keuangan negara keluarga ini setelah menerima pengaduan dari kakak
saya tersebut (kesannya ayah saya kayak customer service aja menerima pengaduan). Ongkos transport yang sudah tidak
bisa ditolerir bukan masalah yang bisa diabaikan begitu saja kalau memang mau
konsisten berhemat. Setelah ayah memakai metode penelitian kuantitatif dengan
pemilihan sampel secara acak (apadeh), maka diputuskanlah untuk membelikan
Yamaha Mio untuk kakak saya tersayang-unyu-unyu-hak-hak-hak (apasih) demi
meminimalisir biaya transportasinya.
Bahkan saya juga bisa merasakan impact keuangan kakak saya
semenjak kakak saya ber-“Mio” itu. Bayangkan saja, dulu setiap kali saya
dititipin uang oleh kakak saya buat disuruh beli ini itu keluar rumah, kembali lima ratus perak aja ditagih. Makanya setiap saya disuruh-suruh beli apa-apa sama
kakak saya saya suka males-malesan, karena seengganya kan saya dapet imbalan
jasa gitu kek dari hasil jerih payah saya capek capek jalan keluar. Meski cuma
dikasih lima ratus perak, masih saya hargain kok. Saya udah merasa bahagia dengan lima ratus kembalian tadi kalo dikhlasin seengganya bisa saya beliin gorengan apa gitu bakwan
ato apa meskipun cuma dapat satu.
Yah, sekarang bisa dibilang enak berkompromi dengan kakak
saya. Sejak beli Mio katanya udah ga seboros dulu lagi. Bahkan saya sekarang
sering dikasih uang saku tambahan karena berkat Yamaha kakak saya selain bisa
ngirit juga dapet kerja part time selagi kuliah. Nice job, Yamaha!
Masa-masa yang dilalui kakak saya bersama Yamaha di bangku
D3 mengantarkan kakak saya ke gerbang wisuda dengan predikat lulusan terbaik
ke-2. Begitulah, sedikit banyak Yamaha tlah berjasa membantu kakak saya
menyelesaikan kuliah D3-nya. Dan kini kakak saya sedang menjalani sekolah
keprofesian sebagai bidan, dan ia masih mempercayakan Mio-nya yang selalu siap
mendampingi kakak saya pergi kemanapun dalam urusan kuliah maupun luar kuliah,
cemungudh ea qaqaaaa…. Cemungudh eaa eamahaaa (Yamaha maksudnya)…
![]() |
hah!? itu kan saya!!?? kyaa kyaa! #gajelas |
![]() |
apa yang telah kita lalui bersama #eaaa |
Singkat cerita, setelah itu Dita pindah motor ke motor saya,
temannya pulang duluan. Apasebab? Saya mau ngajakin Dita jalan-jalan, seharian
saya menghabiskan waktu bersamanya. Saya membawanya duduk-duduk ke pinggir
danau kebanggaan kampung saya. padahal tadinya saya sudah kesana, tapi gapapa,
demi Dita, trus lagian juga kan ada Yamaha, irit dan gesit. Kadang suka salah
tingkah jika saat ngobrol Dita mengingat-ingat betapa konyolnya seorang Deki
Nofendi di jaman baheula itu. ckck, ah Dita, aku colek juga nih dagunya Dita.
Tapi sayang ga berani, sentuh aja ga berani #gleg.
Tapi sedihnya Dita bilang besoknya dia sudah mau balik ke
Jakarta, FYI, kedatangan Dita ke kampung karena ayahnya ada urusan di kampung
dan dia juga ikut karena kebetulan Dita juga sedang libur. Tentu saya sedih,
karena asik seharian bersamanya saya sampai lupa menanyakan nomernya . Saya
mengantarkan Dita pulang dengan muka manyun di sepanjang jalan. Saya sedih,
saking sedih dan kecewanya sampai di rumah Dita pikiran saya pun kosong, saya
langsung putar pulang dan lupa minta nomer kontaknya. Yang dipikiran saya saat kita berpisah hanya
sedih dan saya tidak kepikiran minta nomer telepon dia. Saya menyesal. Saya
harap suatu saat nanti dia balik lagi kekampung, saat saya sudah berani untuk
bilang kalimat yang sebenarnya singkat tapi butuh nyali untuk menyatakannya,
sebut saja kalimat… “Aku sayang kamu”. Kalo nantinya saya masih single sih,
hehe…
![]() |
Yamaha ku kini (sedikit modifikasi dari abang saya) |
Jika nanti Dita kembali lagi, saya akan membawanya duduk-duduk
lagi di pinggir danau, tapi tak hanya itu, saya juga sudah niat kelak saya akan
menunjukkan tempat yang paling berkesan saat kita kecil dulu.Tempat saat kita masih
saling malu-malu bertatapan satu sama lain ketika pelajaran olahraga, tempat saat kita masih
mencuri-curi pandang ketika kami bergabung dengan anak-anak kampung lainnya
beramai-ramai menangkap belalang, ini bukan hanya tempat berkesan bagi kita
saat dulu kecil, tapi juga bagi kebanyakan anak-anak dikampung saya. Pada saat itu
saya akan membawanya dengan Yamaha Xeon RC baru saya yang nanti bakal semakin tak tertandingi (kalo nanti dibeliin
ayah sih, pokoknya harus lah itu) untuk menunjukkan padanya tempat yang saya
maksud, lapangan belakang rumah. Ah, saya harap Xeon RC segera hadir di kehidupan saya. Haruslah itu, harus yaa, pokoknya harus harus, aku ga mau tau, pokoknya harus.
Jadi demikianlah seingat saya , Tuhan dan Yamaha telah mempertemukan dan
menghubungkan saya dengan banyak orang yang saya sayangi. Maka dari itu, saya yakin Yamaha akan turut serta kembali membantu mempertemukan saya dengannya lagi, atau dengan siapapun itu “cinta”
saya, dan di kacamata seorang Deki Nofendi, Yamaha bisa membantu di segala hal,
bahkan perihal asmara sekalipun.
6 komentar:
wUIH, KEREN GAN. lIHAT PUNYAKU JUGA YA ?
http://amir-silangit.blogspot.com/2013/03/sebagus-inikah-sepeda-motor-anda.html
Pemandangan yg di kebun teh itu di Sumatera atau Jawa mas Indah. Kuliah di Jawa tepatnya dimana? Salam kenal, jika berkenan mampir juga yah di blogku Klik disini
@Amir thanks gan! okke gan!
@Dede itu di Sumatera mas, saya di semarang mas, sipp, tak mampir sek, thnks
wah bagus artikelnya kawan, semangat ,,,,,, salam blogger :)
ditunggu visit and coment nya ya di http://yogamaha.blogspot.com/2013/03/yamaha-vs-bungkus-kopi.html
okethanks kawan
Posting Komentar
Jika anda tidak mempunyai akun LiveJournal/WordPress/TypePad/AIM/OpenID, silakan beri komentar sebagai Anonymous (tanpa identitas) atau Name/URL (via email)