Jogja Seteh : Chapter Dua

Posted on Kamis, 20 Desember 2012 | 2 komentar

Selesai dari museum, kami pecut motor menuju Taman Sari. Taman Sari ini dulunya komplek istananya Sultan Jogja, ada villanya, juga ada kolam pemandiannya, dan taman-taman air. Karena baru pertama kali kesana jadi kami tidak tahu apa-apa, dan karna katanya Taman Sari itu tempat pemandian, yang ada di benak saya adalah saya bakal berkunjung ke tempat pemandian umum yang dulunya adalah tempat pemandian pejabat keraton. *serius ini. Tapi sesampainya disana saya tidak melihat ada kolam sama sekali, apalagi suara orang-orang riuh dari dalam, biasanya kan kalau di kolam umum dari luar saja udah kedengaran ramenya suasana dari arah kolam.
pemandangan dari gerbang utara Taman Sari, yang bunder dan ada tangganya itu bakal jadi panggung sendra tari
Seorang tukang parkir menyeru saya “Area sini luas mas, kesana-sananya masih ada kalau mau jalan-jalan” kami mengangguk-ngangguk. Kami memulai perjalan ke dalam, dan yang kami temui hanyalah reruntuhan, bangunan yang sudah usang dimakan zaman. Entah fungsi bangunan ini dulu apa saya tidak mengerti sama sekali, kami sibuk menjajah bangunannya yang berlika-liku, bak cerita hidup saya yang juga berlika-liku tiada habisnya #sigh. Kami bingung dibuatnya, apalagi sudah berbaur dengan perumahan penduduk yang menambah banyak percabangan jalan, sebenarnya saya tidak mau melewati satu titik pun, tapi apadaya tiap persimpangan saya cuma bisa pilih satu jalan, kalau bisa kagebunshin mah saya bakal membelah empat disetiap perempatan agar tidak ada satu tempatpun yang terlewat. jadilah perkelanaan kami hanya mengikuti feeling saja.
Introducing(untuk kesekian kalinya) : Gata!

di tangga reruntuhan villa ada yang lagi ngebatik


pintu terowongan
Tiba-tiba seorang bapak-bapak menyapa kami, dengan tiba-tiba pula ia langsung nyerocos menjelaskan bangunan-bangunan di sekitar kami. “Taman airnya ada disana mas, mari saya antar,” katanya. Saya yang dari tadi diam saja dan hanya melayangkan senyum ketika si bapak ngalor ngidul menjelaskan berbisik ke Gata “Gat, kamu kan bisa bahasa Jawa, kamu ajak ngobrol pake bahasa Jawa aja, cari aman.” Seaman-amannya perjalanan setidaknya lebih aman lah kalau bisa berbahasa lokal dan bergaul dengan penduduk sekitar biar ga gampang dikibulin, atau saat belanja ga kena harga kemahalan, cari amanlah pokoknya. Karena bingung dan penasaran juga, akhirnya kami mengikuti si bapak, dia mengajak kami masuk ke sebuah pintu yang dari tadi saya tidak mengira kalau itu adalah pintu turun tangga masuk terowongan.


perjalanan di terowongan, keren yak!
Saya sambil mendengarkan mereka bercakap-cakap dalam bahasa jawa, memotret dari belakang, dan sesekali ikut bertanya dalam Bahasa Indonesia. Kemudian di ujung terowongan kami sampai ke pintu masuk taman air yang kami cari-cari dari tadi. Disana ada gerbang yang menghadap kejalan, barulah kami tahu kalau gerbangnya ga cuma satu dan pertama kali tadi kami masuk lewat gerbang utara depan reruntuhan villanya, bukan dari gerbang timur yang langsung ke taman pemandiannya. Harga tiketnya saya tidak ingat, yang jelas tidak mahal kok.

Taman Sari Earth Map



Disini ada banyak gerbang. Masuk gerbang pertama, ketemu lagi gerbang kedua, dst sampai akhirnya ketemu tangga kolam di depan pintu gerbang yang entah gerbang ke berapa.
gerbang pertama...
kedua...


kesekian... (akhirnya sampai di taman airnya, ffiuh!)


Oh ternyata pemandiannya seperti ini, Cuma buat diliat-liat toh, out of expectation, kirain boleh nyebur ke kolam,  jadi malu sendiri, fufufu…


klik thumbnail untuk memperbesar yaaa...
kolam para selir
kolam istri sultan
tempat istirahat sultan
ornamen Hindu-Islam
pemandangan dari jendela kamar sultan : menghadap ke kolam para selir
Selesai dari sana kami langsung dibawa menuju gerbang terakhir untuk keluar, namun didepan gerbang tersebut kami dibawa ke sebuah gallery kerajinan lukisan batik, dan disana pengunjung tidak diperbolehkan  memotret, okelah, kami cuma melihat-lihat, tempat-tempat wisata begini apalagi yang sering dikunjungin turis asing harga-harga dipatok tidak manusiawi bagi pelajar. Masa cuma bingkai foto kecil yang ada cover lukisan batiknya harganya 50ribu?? Dan itu harga paling murah. Apalagi harga lukisan-lukisan yang ukurannya meteran itu ya? Kami ga berani tanya. Bisa-bisa ayan saya kambuh mendengar harganya. *Enggalah, gila saja saya punya ayan!. Kami buru-buru keluar, cuma sebentar didalam.
Keluar dari gallery, kami sampai di gerbang paling belakang, dulunya juga markas para prajurit penjaga pemandian.


ukiran diatas gerbang itu merupakan lambang keprajuritan

ukiran diatas gerbang itu merupakan lambang kekuasaan

Saya minta bapaknya agar nunggu saya sebentar soalnya saya pengen naik keatap gerbang belakang itu, karena saya penasaran begitu lihat ada tangga di sisi gerbangnya. Ini dia yang saya dapat dari atas sana...
pemandangan dari atas gerbang belakang
kepakkan sayapmu Deki!

Saya kembali turun, “Gat, belum puas nih, masuk lagi yuk!” tutur saya, “Ngapain lagi? Ini kan udah jam tiga, itutuh, udah tutup” Gata sambil menunjuk gerbang kedua terakhir yang sudah tutup. Saya baru sadar kalau sudah jam 3.

Kami dibawa lagi ke tempat pertama tadi, yang ternyata dulu reruntuhan bangunan itu merupakan komplek villa sultan. Namun kali ini kami bukan lewat terowongan yang tadi, tapi lewat atasnya, lewat rumah-rumah penduduk yang sudah berbaur dengan komplek taman sari. Uniknya dulu itu rumah-rumah penduduk ini semuanya air, karena bagian dari kolam-kolam air. Ditengah-tengahnya ada kubah-kubah yang dibawahnya adalah terowongan yang kami lewati tadi, keren!! *eh, oia, brb cari masjid dulu mau pake mikenya buat teriak KEREN!!*

Kata si bapak, kita bisa dapat setengah harga dari harga di gallery tempat-tempat wisata kalau beli batiknya langsung di kampung ini.

Klik untuk memperbesar yaaa

perkampungan batik
di salah satu rumah
klik aja!
salah satu lukisan batik di sebuah gallery rumahan
bagian atas terowongan


Kami bayar bapaknya dengan suka rela, mudah-mudahan ga sedikit baginya. Belum ada sepuluh langkah kami meninggalkan si bapak, "Buset! loh kok udah ilang aja!" Gata bikin saya kaget. Saya juga menoleh ke belakang dimana si bapak tadinya masih duduk-duduk sekarang sudah tidak ada, disekitar tempat dia duduk tadi juga tidak ada, setidaknya kan kami lihat dia jalan meninggalkan tempat duduknya, kami aja belum berapa langkah dari tempat tadi, masih terlihat jelas dan dekat tempat duduknya tadi bagi kami. Jangan-jangan... hiiiiii!
 
Terakhir, kami keliling-keliling lagi di area villanya...
lambang kekuasaannya jatuh di salah satu sudut reruntuhan

ini susana di dalamnya


Tapi sayang, kami melewatkan areal masjidnya karena belum tahu kalau ternyata juga ada masjidnya, katanya sih masjidnya itu yang bangunan bunder yang di tengah-tengah perumahan penduduk dalam foto ini :


hasil pencarian google : masjid taman sari

Kami menunggu sore untuk perjalanan selanjutnya, ke Alun-Alun Kidul alias Alun-Alun Selatan. Karena disana ramenya kalau udah sore. Selagi menanti sore kami melepas dahaga dulu di Artemy Italian Gelato, eskrim gelatonya 1 scoop 10000, tapi kalo 2 jadi 17500, saya pesan yang mint dan oreo, Gata pilih mint dan coklat. Plus topping semua varian @3000

Artemy Italian Gelato
Masih belum sore juga, kami memilih menghabiskan waktu pindah ke sebelahnya, Malioboro Mall. Ga ada apa apa, cuma muter-muter sampai sore tiba yang mengantarkan kami ke alun-alun kidul *maaf, kata-katanya jadi ga logis


***


Saya cuma penasaran mencoba mitos yang begitu populer disini, iri aja sama cerita teman-teman di kampus yang udah pada nyobain, masa eke ketinggalan! sebel de ih!. Bahwa bagi siapa yang bisa lewat di antara dua pohon seperti di gambar sebelah kanan ini, dengan kedua mata tertutup. Maka apa yang diinginkan akan tercapai. Si Gata sudah pernah lebih dari 10 kali mencoba pas dulunya kesini, tapi tidak pernah berhasil, kalau sudah lebih dari 10 kali maka tidak ada harapan lagi keinginannya bakalan tercapai alias sudah angus, bisa gitu ya? pikir saya, kayak undian berhadiah saja pake angus-angus segala.
 
Kalian tahu? Disana kami dapat teman baruuu uuuu :3333 , sepasang pasutri gitu. Iya, jadi kan ceritanya saya mau cobain tuh mitos, tapi karena saya tidak punya penutup mata saya jalan dengan mata dimeremin aja, sebenaranya ada jasa sewa penutup mata, tapi ah, buang-buang duit. Saya minta Gata mengawasi saya dengan terus mengikuti kalau-kalau nabrak orang, karena pasitu lagi rame dan banyak orang yang juga pada heboh melakukannya. Pas lagi jalan dengan mata masih merem tadi, diujung sana terdengar suara perempuan yang sepertinya mengarah ke saya, “Ayo mas, sedikit lagi! Ayo!,” begitu kedengarannya. “Gat, udah nyampai belum gat?” Tanya saya ke Gata, “Op, Op, Udah, buka matamu Dek!” instruksi Gata, yaah ternyata saya tidak berhasil, saya sudah mentok di dinding pagar pohon yang sebelah kirinya. Saya dapati seorang perempuan tertawa melihat saya, sepertinya dia perempuan yang teriak ke saya tadi, karena suaranya persis. “Ayo, dicoba lagi” serunya. Sampailah terjadi obrolan ringan dengan mereka, kami dapati bahwa mereka datang dari Batam, kalau ditebak mereka sedang bulan madu mungkin saja, karena mereka cuma berdua tidak bersama anak, tapi muka ga bisa bohong kalau mereka keliatan sudah lebih dari 30 tahun, ya walaupun jaman sekarang banyak juga orang-orang yang baru mau menikah umur segitu. Setelah itu saya menawarkan Gata mencobanya, tapi si Gata ogah, sudah putus asa kayaknya, yauda, saya aja yang mencoba lagi dengan dipinjamkan oleh pasutri tadi penutup mata yang dipakai si suami yang tidak berhasil-berhasil dan sudah menyerah. Percobaan kedua saya gagal lagi, si perempuan tertawa terbahak-bahak dannn tak henti-hentinya. Saya sampai heran sendiri, kok dia sendiri yang tertawanya heboh gitu, emangnya selucu itu ya bagi dia??  Beda dengan suaminya yang tidak seberlebihan itu. But, besides, they’re charming to us. Saya baru berhasil di keempat kalinya, itu mungkin karena saya ambil rute yang lebih pendek, hehe. Saya tidak punya harapan apa-apa sih sebenarnya, sekedar iseng, Gata bilang kita mesti betul-betul harus punya niat, dulu Bapak dia juga begitu, awalnya gagal, namun kedua kalinya dengan niat dan pemantapan diri akhirnya berhasil hingga percobaan seterus-seterusnyanya, kenyataanya keinginan beliau terwujud.

Namun, tidak munafik juga, jauh sekali diawang-awang saya sempat berharap kelak besar nanti saya bisa hidup bahagia. Namun tetap saja lebih ke sekedar iseng sih menurut saya, karena itu cuma sempat terpikir saja dan tidak saya bawa serius. Lagipula itu sepertinya pengharapan yang susah sekali, orang sukses secara financial saja belum tentu bisa bahagia. Di percobaan yang ke-8 dan ke-9 barulah saya mencoba serius, sebelum melakukannya, dalam hati terbersit kelak besar nanti saya ingin bahagia. Saya menatap lekat track yang akan saya jalani menuju pertengahan dua pohon beringin yang berjarak puluhan meter di depan saya. Setelah yakin saya tutup mata dan kembali mencobanya. Seraya berjalan saya terus mensugestikan keyakinan dalam diri. Dan apa yang terjadi…  Gagal maning! Tetap saja saya keluar dari track. Saya heran aja, melihat ada segerombolan muda-mudi lain, beberapa diantara mereka dengan entengnya  berhasil melewatinya dan bersorak girang atas keberhasilannya. Sedang saya sudah 10 kali baru 1 kali berhasil, itupun jarak pendek. Emang mereka minta apa ya? paling yang simpel-simpel aja, bisa jajan cilok tiap hari misalnya, hehe terlalu simpel juga ya?

suasana malam hari di Alun-Alun Kidul
Kalau bagi saya soal percaya atau tidak mengenai mitos itu, skeptis, susah untuk percaya dan susah pula untuk tidak percaya, karena disisi lain, kita, bukan kita, mungkin saya, apalagi sebagai orang yang besarnya di desa, melihat sendiri bahwa itu benar-benar kenyataan, atau terbukti, atau terjadi, atau ada, or you name it, dan…. Kalau dibilang kebetulan, emm tapi terlalu banyak kebetulan. Dari sana saya jadi punya hipotesa sendiri yang tidak bakal saya jelaskan disini apalagi sudah menyangkutkannya dengan yang ghaib-ghaib. Namun, di saat saya mulai melirik kepercayaan tersebut, disanalah saya paksakan mengingat tuhan, itu bukanlah sesuatu yang wajib dipercayai, percaya itu rukun iman, ada 6, salah satunya kepada tuhan, kalau percaya kepada mitos, nanti rukun iman nambah jadi 7. #sigh.

Saya bisa sukses, bisa bahagia, itu seizin sang khalik. Bukan seizin dua pohon beringin. Atau lebih tepatnya seizin dua pohon beringin yang mistis. Kalau memang besar nanti tidak bahagia, its okay, namanya juga hidup, tapi tidak mungkin juga hidup menderita itu berarti menderita terus setiap hari, kalau iya itu namanya sinetron. Pasti ada saat-saat bahagianya. Yang namanya hidup bahagia juga begitu, it doesn’t mean everyday, but almost everyday, coba, masa tidak ada kejadian seperti bencana, duka seperti kematian saudara, atau kejadian memalukan sehariii saja dalam setahun bagi orang yang kaya raya dan punya segalanya, apa ada?? Jadi berpikirlah rasional dalam menyikapi apa yang patut di pertimbangkan seperti halnya menyikapi sebuah mitos.  Percaya sajalah, hidupmu nanti pasti bahagia kok, dan pasti ada sedih-sedihnya juga, walau sedikit :) . Mitos bertahan hingga sekarang karena banyak kejadian yang terbukti karenanya, kalau tidak mitos itu tidak akan bertahan, apalagi bisa bertahan hingga zaman sekarang, jadi kebayang betapa banyak mitos di jaman dulu-dulu sekali  lalu beberapanya lebur karena hal-hal yang semula dipercaya sudah tidak kenyataan lagi.

Lol, Its awkward when suddenly I tell something serious on my full-of-jokes site, yaaa namanya juga pendapat. Kembali ke cerita perjalanan kami yak! Puas bermitos-mitos ria, saya menyarankan Gata sms kakaknya untuk mengingatkan lagi bahwa kami malamnya bakal jadi nonton karena kemarin kakaknya yang mengajak nonton, tapi sayangnya kakak Gata nge-reply tidak jadi ikut. Terpaksa kami berdua saja yang nonton, kok jadi so sweet gini ya? Ah, toh juga banyak sesama jenis nonton berdua, ga cuma kami aja. Setelah perundingan yang berat, sampai adu sumo segala *hehe, enggalah, akhirnya kami memilih film Looper karena lagipula akan tayang setengah jam lagi saat itu. Lumayan senam otak, karena ceritanya tentang mesin waktu yang muter-muter , sebelas dua belaslah sama-sama memusingkan saat nonton pelem Inception, tapi teteeuup, filmnya keren! *brb, cari masjid. Pulangnya kami ujan-ujan, dan sampai dirumah kebasahan, begitu masuk rumah, eh, ujan deres diluar langsung reda seketika. Shit! Dendam apa coba ini ujan sama kami?

nonton yok! nonton!

Jogja Seteh : Chapter Satu

Posted on Sabtu, 15 Desember 2012 | 5 komentar
Libur UTS tiga hari saya diajak menginap di rumah Gata di daerah Papringan dekat Ambarukmo Plaza. Rumahnya adem, trus ada anjing peliharaan ras american golden namanya Chester, mengingatkan saya akan anjing peliharaan teman SMA saya Barzoq karna rasnya sama, namanya Poppy. Saya sering main sama Poppy bahkan ikut memandikannya setiap menginap di rumah Barzoq, lucu sekali, mengundang untuk dielus-elus. Namun sekarang saya sudah komitmen untuk tidak lagi menyentuh anjing, alasannya karena agama! Jadi saya cuma bisa mupeng ngeliatin Gata mengelus-ngelus Chester. Chester sering diam-diam masuk rumah lalu lari-lari dan mengacak-acak sofa, tempat tidur, apapun itu, dan kalau sudah begitu karena komitmen tadi saya jadi heboh sendiri ikutan sibuk lari-lari jaga jarak dengan Chester terlebih Chester suka berlari kearah saya kepengen main. Hmmm Bad Chester!

BAB II. PEMBAHASAN


A. Hari Pertama

Hari pertama kami putuskan ke Taman Pintar, dari namanya saja awalnya yang saya bayangkan begitu keluar dari sana nantinya mendadak otak saya bakalan penuh hingga meluber-luber keluar, bahkan mungkin soal-soal fungsi logistic atau soal-soal matriks empat ordo bisa saya kerjakan sambil kayang hanya selama sepuluh detik. Lalu IP semester ini menanjak naik sampai batas maksimalnya tidak kuat lagi mengkapasitasi nilai yang ketinggian hingga tembus ke empat koma sekian sekian. Ah, ngawur, tapi nothing impossible kan?? Siapa tahu.
Cukup dulu mengkhayalnya saya kira. Jadi sebelum kesana kami makan dulu di Warung Steak n Shake, si Gata lagi sejahtera sepertinya, pesen steak aja yang double, trus minumnya kan di menu ada dua macam milkshake tuh, yang satu “milkshake” aja yang satunya lagi “milkshake special” dan sudah jelas yang kedua lebih mahal. Trus saya bilang gini, “Gat, kamu pesen yang special aku yang biasa aja ya, biar ketauan bedanya dimana,” si Gatapun mengiyakan. mwehehe… . Ternyata bedanya itu kalau yang special dikasih whipped cream diatasnya. Trus yang seru apalagi coba? Makan minum saya, chicken drum stick sama milkshake, itu ditraktir semua sama Gata! “Udah, aku yang traktir aja, anggap aja impas, besok senen kan kamu ulang tahun, giliran kamu yg traktir.” Gubrak! *kalau ini mah jadi maksa ceritanya* Ah, urusan itu dipikirin nanti juga, yang penting sekarang gratis! tis!

Sebenarnya saya dan Gata tidak hafal semua jalan-jalan di Jogja, beberapa tempat yang mau dikunjungi ada di kawasan yang jarang kita lewati, sehingga kita tidak menguasai kawasan itu. Tapi kan sekarang kan kita kan hidup kan di jaman serba canggih kan? (tebak ada berapa "kan"?) Daripada nanti kami tersesat dan tak tahu arah jalan pulang, kehadiran teknologi mesti dimanfaatkan donk! Karena sekarang berkatnya semua hal bisa dipermudah. Sebelum berangkat saya buka foursquare dulu, mencari spot-spot yang akan kami kunjungi lokasinya ada dimana, lalu buka google maps, mencari petunjuk jalan dari rumah buat ke destinasi. Jika di tengah jalan lupa, Thanks to GPS karena si Gata tak lupa menyetting nya dengan baik di handphone lalu memandu saya karena saya  yang membawa motor. Gata kakinya masih agak lemah belum kuat bawa motor setelah beberapa hari sebelumnya jatuh dari motor. Terpaksa saya yang bawa. Syukurlah, tidak ada razia. Ngomong-ngomong soal GPS tadi, Ah, senangnya hidup di zaman serba modern, makanya sekarang saya tidak takut kemana-mana sendirian, Jogja, Semarang, Bandung, Jakarta, Bogor, hingga ke Sumatera sana pun, semuanya ditempuh. Makasi yuaa teknologi, mmuach :*

Taman pintar punya beberapa gedung dan wahana, untuk berbagai kalangan umur, mulai dari usia paud sampai umum dewasa. Kami memilih wahana utama dulu, memorabilia, gedung oval dan gedung kotak, ketiganya itu sudah satu paket. harga tiketnya dewasa 15000 sedangkan anak-anak 8000 (ga adil L). Pertama-tama kita harus memasuki gedung memorabilia dulu. Sesuai namanya, gedung ini dalamnya lebih kepada memamerkan sejarah-sejarah Indonesia dan Jogjakarta. Ada foto-foto, benda-benda, proyektor dan layar colek interaktif, dsb. Kami tidak baca banyak keterangannya karena keburu waktu. FYI, taman pintar tutupnya jam 4 sedangkan kami kesananya jam 2, padahal arenanya luas banget! Setelah itu pindah gedung ke gedung oval dan gedung kotak, pertama-tama ada terowongan akuarium, ini pasti temanya ekosistem laut pikir saya Setelah itu masuk ruangan dengan tema jurrasic, berbagai  macam replika dinosaurus, ada yang bergerak dan mengeluarkan suara, tengkorak, manusia purba, dan ya gitu deh. 





Kemudian masuk lagi ke ruangan bertemakan art space, ada berbagai macam demonstrasi fisika sederhana, tak lupa banyak led juga yang memutar pelem-pelem science. Interiornya keren deh! 

bukti cahaya putih matahari adalah polikromatik












Kemudian ada galeri Toyota, anatomi mesin-mesin mobil beserta prototype-nya, prinsip kerja mobil lewat video dan led layar sentuh. Au ah, sebenarnya kalau dijabarkan kronologisnya disini satu-satu bikin cape, coba aja ke taman pintar, menurut saya sih recommended, karena lengkap dan banyak hal-hal baru yang kita dapat. Teknologinya juga sudah lumayan canggih dan bebas diutak-atik pengunjung. Mulai dari layar sentuh yang bertebaran dimana-mana, sama ramenya kayak manekin-manekin yang dipajang di tiap sudut Pasar Tanah Abang. Mesin-mesin , alat-alat peraga fisika dengan tombol-tombol otomatis, kolam ikan virtual di lantai yang jika diinjak ikan-ikannya pada lari dan airnya ikut beriak, teknologi sensor gerak, dimana ada ruangan yang menyediakan game dengan layar raksasa full di dinding kemudian kita memainkannya hanya dengan menggerakkan tangan, ada lagi simulator sim seperti yg dikorupsi itu, jadi kita bisa sekalian belajar nyetir seperti di mobil asli, mesin-mesin pabrik pengolahan susu SGM, air mineral aqua, maket pabrik pertamina, teknologi nuklir. Pokoknya lengkap deh mulai dari pengetahuan sederhana sampai ke yang rumit-rumit.

Ini, ada tambahan cerita sih yang sayang kalo ga ditulis, kalo kata orang mah dibuang sayang. Ketika kami masuk di ruangan yang serba listrik, beberapa alat diantaranya generator listrik dari pedal yang dikayuh, makin kencang genjotannya makin teranglah nyala lampunya. Trus ada generator Van De Graaff, itu lho! yang sering ada di buku Fisika SMP, bola listrik yang bikin rambut berdiri. Saya maksa si Gata nyobain itu, akhirnya dia mau, tapi si Gata malah kesetrum, yaiyalah, si Gata lupa bikin sirkuit tertutup dulu, saya juga ga kepikiran sih, harusnya kan kita mesti pegang bolanya dulu, baru dinyalain, ini mah engga, malah kebalik, disentuhnya pas lagi nyala, ya kesetrum deh! poor Gata. Trus yang seru lagi ada papan listrik yang kalo di sentuh kayak ada efek-efek listrik gitu, kalo saya dan Gata bilang mah main chidori-chidorian. Aduh, susah dideskripsikan dengan kata-kata, ini deh saya cariin gambarnya

yang merasa punya gambar maaf ya, saya pinjam dulu

Sampai jam 5 kita get out dari Taman Pintar. Setelah dari sana kita ke Galleria Mall sampai jam 7 malam, dilanjutkan ke Dharma Putera Residence karena sudah kangen sama anak-anak asrama yang beberapa masih stay disana berbaur dengan maba, disana sampai jam 10 malam. Pulangnya ngapain lagi kalau bukan... teparrrr!


B. Hari Kedua

Hari berikutnya, kami menghabiskan separuh nafas kami, hallah, maksud saya separuh hari dengan tidur-tiduran, Seperti yang Raditya Dika bilang hari-hari libur nan damai biasanya kasur jadi lebih posessif, apalagi cuaca saat itu lagi adem ayem, saya tidur-tiduran sepanjang hari, sambil menonton TV, ngemil, mendengarkan musik seraya melayangkan pikiran lalu menaruhnya ke awang-awang, jauh menerawang, membayangkan berada di padang rumput luas disirami kehangatan oleh mentari di atas langit nan biru tak bertepi. Yea! Semua orang pernah melakukannya. Kadang melakukan hal ini lebih menyenangkan dari pada berkegiatan diluar, meski untuk berlibur dan bersenang-senang sekalipun. Oia, pas nonton TV lagi ada acara musik di Komp"o"s TV, beberapa tweet yang disertai mention official twitter acara musik itu bakal ditampilkan saat video clip musiknya tayang. Saya iseng ikut nge-tweet, eh tweet saya muncul di layar TV 3 menitan setelahnya, follower saya jadi nambah 3 orang :| . Ah, kami yang kemarin rencananya mau berangkat jam 10 pagi hari ini jadi ngaret hingga jam 2. Ya iya, patokan waktunya WING sih, jam 10 WING = jam 10 Waktu Indonesia Ngaret! But, i must admit it, do nothing all day long!! but everybody loves to do it! :))))) <- senyum bertubi-tubi.

Akibatnya kami telat, kami rencananya ingin ke keraton, tapi keraton tutup jam setengah dua, sedangkan kami sampainya sudah jam dua lebih. Apaboleh buat, kami mencari destinasi lain, tidak jauh-jauh, kami jalan ke museum kereta. Berikut foto-foto kereta-kereta yang dipakai oleh petinggi-petinggi keraton 



maaf, ini pas difoto lagi ga cakep

Sekarang kereta ini dipakainya hanya pada saat acara-acara besar saja, seperti contohnya acara arak-arakan, pawai, kawinanan putera/puteri keraton. Saat kami masuk rombongan anak-anak SD keluar, ah… syukurlah, karena saya suka illfeel sama anak-anak SD, kalau sudah sama temen-temennya ya suka jail gitu, cenderung merusak barang-barang publik. Didalam cuma tinggal beberapa orang termasuk bule, bule emang suka lebay, liat apa-apa reaksinya “O MY GOD! THAT’S GREAT!! VERY ARTISTIC!” sampai-sampai kedengeran hingga kampung sebelah, eh taunya cuma foto permaisuri sedang menaiki kereta kuda di atas awan, dan fotonya keliatan banget manipulasinya. Or maybe I just didn’t get the feeling. Saya lebih kagum liat keretanya, si bule cuma liat foto aja reaksinya udah segitu lebaynya, mungkin kalau saya bisa seekspresif si bule begitu liat kereta antic dan megah itu saya bakal buru-buru ke luar mencari masjid terdekat lalu berkoar di mikrophonenya “WOW! FUNTASTIC!!!” agar yang bisa denger ga cuma satu atau dua kampung, tapi satu kecamatan!

Jogja Seteh : Sepatah Kata

Posted on Minggu, 04 November 2012 | 5 komentar

BAB I. PENDAHULUAN


Hei brew… hei sistaa, wahh emang udah agak lama ya saya ga update, blog saya jadi keteteran, mana banyak debunya lagi, uhuk! *brb, ambil kemoceng dan obat serangga*
Kalo diingat-ingat update post saya yang paling terakhir adalah saat-saat dimana bencana abad ini yaitu tren “ciyus, miapah” masih belum menjangkit saking lamanya *ceritanya lagi ngomong sambil pake masker dan nyemprotin obat serangga.  Bukannya saya ga punya cerita, tapi.. tapi.. tapii… *mikirin alibi. Malas ini membunuhku kawand :’’’

Jadi saya mau cerita apa nih? Ga jauh-jauh dari tema post sebelumnya, yaitu jalan-jalan. Ceritanya saya kan emang lagi UTS, eh, tau-tau banyak harpitnas-nya, ga tanggung-tanggung ada yang sampai tiga hari. Kenapa bisa seperti itu ya?? saya juga kurang mengerti, mungkin karena saya ganteng.

Ada kelebihan dan kekurangan menurut saya melihat jadwal UTS yang ga full dan bolong-bolong itu tadi. Kelebihannya, kalo jarak UTS matkul satu sama matkul lain dipisahkan oleh yang namanya libur, apalagi sampai beberapa hari, maka waktu panjang tersebut bisa dijadikan kesempatan untuk belajar, terlebih matkul yang bakal dihadapin itu kinda destroyer of your grade. Jadi bersyukurlah diberi waktu lebih banyak buat belajar. Mungkin kelebihan tadi cuma perspektif mahasiswa yang ambisius sama nilai kali ya?

Kedua, bagi mereka (didalamnya ada saya) yang tidak sabar pengen ripresing, yang udah gerah dengan suasana kuliah, yang mukanya semakin suram sama UTS, harpitnas dua tiga hari bisa jadi  waktu yang sangat berarti dan berpengaruh bagi keberlangsungan hidup mereka, fufufu… *lebay.

Kekurangannya bisa dilihat dari perspektif mahasiswa yang berstatus “mahasiswa perantauan”, yang jauh dari luar kota, specifically kategori Mahasiswa Jauh Menengah. Oke, akan saya jelaskan dulu, kenapa tetiba saja istilah mahasiswa jauh menengah bisa muncul begitu. Jadi gini, mau tidak mau anda harus menerima bahwa saya telah mengkategorikan tipe “mahasiswa perantauan” ke dalam tiga kategori,  pertama, Mahasiswa Jauh Tanggung, adalah mahasiswa yang asalnya dari luar kota dan bisa pulang dengan perjalanan yang lamanya tidak sampai seharian. Biasanya mahasiswa kategori ini libur-libur sehari juga masih bisa dikejarin pulang, atau bahkan bisa saja pas ga libur sama sekali. Begitu pulang ngampus langsung berangkat pulkam, baliknya lagi subuh-subuh besoknya. Angkutan umum yang terjangkau harganya atau naik motor juga ga jadi masalah berat. Maka dari itu saya beri nama Mahasiswa Jauh Tanggung. Nanggung banget jauhnya . Karena masih banyak mahasiswa kategori ini yang masih mengaku bahwa kampungnya jauh K <- pengalaman.

Kedua, Mahasiswa Jauh Menengah, mahasiswa kategori ini bisa menikmati pulang kampung pas libur minimal 4 harian, terlebih hitungannya minggu. Biasanya perjalanan yang ditempuh saat pulkam bisa menghabiskan waktu seharian via darat. Kalau libur dipertengahan UTS seperti yang saya alami ini hanya dua atau tiga hari saja, maka dapat dilihat perbedaan kasusnya dengan mahasiswa kategori lain. Disini bukannya jaraknya yang nanggung, tapi jumlah hari liburnya yang nanggung. Inilah yang menjadi kekurangan dari jadwal bolong UTS yang hanya beberapa hari saja, mahasiswa kategori ini pasti akan misuh-misuh “Andai semua jadwal libur di sepanjang UTS itu diakumulasikan, pasti bisa puas dipake buat pulkam.” Biasanya sehari sebelum libur, terutama saat baru aja selesai UTS, mulai banyak mahasiswa kategori ini yang berjatuhan disebabkan virus bernama galau sp. yang menginfeksi rongga dada mereka, korban yang berjatuhan akan semakin bertambah dan semakin menjadi saat sore mulai menjelang. Gejala yang paling utama timbul adalah, berkecamuknya di otak mereka pikiran-pikiran seperti “Gue bingung mau pulang apa engga, sialan, masa cuma dikasih libur tiga hari, mana duit tinggal segini lagi, kan nonsense banget kalo dipake buat pulkam yang cuma tiga hari, belum lagi di kereta atau di bus bisa seharian, abis dah jatah libur gue. Dafuq! kenapa ga digabung aja sih jadi libur UTS? aduh, pulang ga ya?? udah keburu malam nih… nanti busnya udah ga ada lagi, dan seterusnya dan seterusnya….”

Ketiga, Mahasiswa Jauh Sejati, kalau yang ini jangan ditanya lagi, jauhnya naujibileh deh. Sudah pasti kesempatan pulkam kemungkinan besar cuma bisa didapat begitu libur panjang, sepanjang rambutnya kuntilanak *garing *biarin,ppuihh . Bisa hitungan bulan. Biasanya opsinya cuma ada dua, ongkos maharani lama perjalanan seberanda, atau, ongkos murasydin lama perjalanan gamalama (ket : maharani=mahal; seberanda=sebentar; murasyidin=murah; gamalam=lama; intinya=bahasanya ribet) . Saya yang masuk kategori ini tetap saja merasa semahal-mahalnya ongkos, secape-capenya lama perjalanan, semuanya itu tetap akan terbayar begitu rindu-kangen-banget-sumpe-deh-kalo-ga-percaya sama kampung sudah terpenuhi.

Di otak saya masih punya banyak sih kategori-kategori tambahan lainnya, tapi untuk sekarang cukup garis besarnya saja, takutnya melenceng dari judul utama. Bukannya dari tadi udah melenceng ya?? hehe... *digaplok pembaca. Mungkin minggu depan bisa ditambahkan ke post baru, kenapa ditambahkannya minggu depan? Karena senin harga sudah naik, fufufu…

At least tiga hari vakum UTS tersebut saya pakai untuk jalan-jalan keliling Jogja City (baca : Jogja Seteh) bersama Gata plus saya menginap di rumahnya di daerah Papringan dekat Ambarukmo Plaza. Awalnya saya juga ngajakin Danu, tapi katanya Danu mau pulang.

Pengen tau kan gimana kelanjutannya?? Gimana ceritanya?? Gimana serunya?? Makanya ketik REG spasi Deki, sekali lagi ketik REG spasi Deki. Sms yang kamu dapat langsung dari hp aku, bukan dari manajer aku, bukan dari siapa-siapa. Sekali lagi ketik REG spasi Deki.  Argh, naluri superstar wannabe-nya keluar. Pokoknya see you next post aja deh, hehe…

So.. you see..?? Makanya saya pisahin post ini ke subbab “Sepatah Kata”, melihat kata pengantarnya saja sudah menghabiskan dua lembar -.-“ .

All About Suka-Suka episode "Lawang Sewu"

Posted on Sabtu, 29 September 2012 | 2 komentar
Malam minggu malam yang ditunggu-tunggu, bagi para pasangan, apel mengapel sang pacar sudah seperti kewajiban… dan bagi para sebagian jomblo… ngapelin teman-temannya yang juga jomblo… atau sedang dalam masa-masa krisis jarak, which is usually called… LDR. ~lalala~

***

Sabtu pagi, seusai kelas olahraga yang pada hari itu kita kebagian materi SKJ ceria bak acara rutin ibu-ibu Dharma Wanita diakhir pekan. Saya, Danu, Tosa, Gata, dan Bima menyusun rapat pleno berkaitan wacana lawas bermalam minggu ke Lawang Sewu. Disusul kemudian Niku nimbrung minta diajak. Dan fix kita ber-6 berangkat malam hari-nya, walau pada akhirnya Bima tidak jadi ikut karena sesuatu hal.

Lalu Tosa mengajak temannya, Tata, dari teknik sipil, dan jadilah kita tetap ber-6 orang OTW Lawang Sewu.

The Cast
Saiia cii Deky Ciendtta KamM0h Cel4manaaah mpolepelll in My He4Rt
From left to right : Danu, Gata
Niku, Tosa, Tata (guest cast)
***

Cerita berawal dari kebegoan Danu mengikuti orang yang disangkanya Gata. Setelah bingung dibawa kemana oleh orang yang mirip Gata dari belakang itu, dia memberanikan diri mendekat dan memanggilnya, namun orang tadi tidak menoleh. Lalu ia mencoba memanggil lebih keras! Ya! lebih keras! Angkat tangan mu… seperti ini… kemudian panggil! Lebih keras! (ini kenapa jadi Dora).

Apa kesimpulan yang dapat ditarik dari kecerobohan si Danu tadi? Kita yang lebih duluan sampai jadi nungguin lama beeed kedatangan si Danu. Belum lagi pas dia akhirnya sampai, si Danu plenga plongo dulu nyariin kita padahal dari jauh saja sama kita dia sudah keliatan, namun kita diam saja. Menyaksikan wajah nya plenga plongo itu jadi hiburan tersendiri.

Memasuki Gerbang Tol Cikampek, maksud saya gerbang Lawang Sewu, kami dihadapkan dengan loket seadanya. Seorang ibu-ibu duduk di bangku seperti bangku di sekolahan. Di atas mejanya ada buku dan pajangan cindera mata Lawang Sewu. Lebih mirip konter penjual pulsa menurut saya.

Kita ditipu Bonar. Bonar yang ngakunya sudah biasa ke Lawang Sewu bilang masuk Lawang Sewu cuma goceng, tau tau kami mesti keluar duit 15ribu masing-masing. Dengan rincian uang masuk per kepala 10ribu dan uang pemandu 30rb. Karena kami ber-6 artinya kami mesti patungan 5ribu per orang untuk pemandu. Sehingga total masing-masing jadi 15ribu.

Yang bikin saya paling antusias ke lawang sewu adalah bahwa memang bukan isapan jempol belaka lagi kalau Lawang Sewu adalah tempat paling angker se-Indonesia Raya. Bahkan mungkin salah satunya di dunia. Saya sudah sering dengar cerita dari teman-teman tentang ke-horror-an bekas gedung kereta api ini. Mereka punya pengalaman mistis sendiri-sendiri saat berkunjung ke Lawang Sewu. Apalagi di tv-tv, Lawang Sewu malah lebih terkenal angkernya daripada historikal dan estetika gedungnya sendiri. Kali aja saya juga dapat pengalaman "kecut" seperti itu.

Pertama-tama si pemandu menawarkan diri untuk memfoto kami, dengan senang hati lah! kita terima! Meski hasilnya nge-blur parah karena pengaturan fokus kamera digital yang kita bawa di malam hari tidak lagi otomatis. Fokus manual kamera ada di tombol jepret, rada jelimet, kita harus nahan sedikit dulu tombol jepretnya hingga keliatan fokus baru dipencet betul untuk mengambil gambar. Beda kalau siang hari, fokusnya bisa bekerja sendiri karena cahaya yang masuk banyak. Karena si pemandu rada udik kali ya, jadi main pencet aja, hasilnya jadi seperti ini *poker face*
SM*ASS

Pertama dan utama sekali kami dibawa masuk ke gedung paling kecil di komplek itu. Entahlah itu gedung buat apa, saya tidak mendengarkan karena saya asik cekikikan bareng Danu di belakang. Adalah Tosa, Niku, dan Tata yang sepertinya khidmat mendengarkan orasi si pemandu. Yang jelas di gedung itu kami diperlihatkan foto-foto, gambar-gambar konstruksi, arsitektur, dan gambar-gambar lainnya segala yang berkaitan dengan Lawang Sewu.

kesusahan narik tuas
Next, kami dibawa ke gedung tahanan. Begitu masuk, pertama kali ada pajangan maket komplek Lawang Sewu, kemudian gambar-gambar lagi, si pemandu menjelaskan, lagi-lagi saya dan Danu tidak begitu menyimak. Yang paling konyol adalah, kami diperlihatkan tuas-tuas pengendali air bawah tanah yang kemudian ruang bawah tanah tersebut dialih fungsikan sebagai penjara oleh Kolonial Jepang, setelah di jelaskan, si pemandu menarik salah satu tuas tersebut sambil baca Basmalah, kemudian membalikkannya posisinya lagi seperti semula. Kemudian Tosa mencoba menarik tuas lainya, namun tidak bisa, keras. “Menariknya ga boleh sembarangan harus dari hati, pake Bismillah”. Sontak yang lain termasuk saya bergantian mencoba menarik tuas tersebut seperti yang diinstruksikan si pemandu, dari hati, sambil baca Bismillah, meski si Gata menariknya tanpa Bismillah, karena dia seorang Kristian, sekedar penasaran. Tidak ada yang berhasil, ini seperti sayembara bagi yang berhasil menarik tuas ini akan dinikahkan dengan putri mas pemandu. Saya mulai curiga, asal tau aja, meski kedengerannya bodoh, tapi saya tadi sudah yakin akan bisa menarik tuas itu, saya menariknya dengan penuh perasaan, keyakinan, optimisme, ketulusan, dan keikhlasan, membaca Bismillah dengan khusyuk, namun tidak berhasil. Saya perhatikan si pemandu terus memegangi tuas yang tadi ditariknya. “Eng… mas, coba saya tarik yang itu”. Saya sambil menunjuk tuas yang dipeganginya itu. Ia lepas tangan sambil cengengesan. Saya menariknya, dan ternyata…. yak, anda benar, tahun gini gitu loh, masih ada aja yang begituan. Anda bisa menebak sendiri kelanjutannya.


But, wait a moment...


***


tangga menuju lantai... "duaaaaaa..." (sar*mi)
Kita diajak naik tangga menuju lantai atas. Suasana mulai gelap. Sesuai alur tadi, saya tidak mendengarkan penjelasan si pemandu, terlebih udah illfeel sama kejadian “tuas ajaib” tadi. saya sibuk muter-muter sama Danu.

suasana salah satu lokasi di lantai 2
Kemudian kita dibawa ke loteng, tidak tahu fungsi dulunya apa, kan saya tidak nyimak kata pemandu
nari balet malam-malam di loteng Lawang Sewu? Close enough!

Jeng! Jeng! Jeng! Acara klimaks! penjara bawah tanah….


Hanya orang kurang kerjaan yang melanggar caution diatas
Untuk masuk penjara bawah tanah kita harus bayar 10ribu lagi per kepala plus pemandu baru lagi 20 ribu #ngenes . 
saya beri judul foto ini : merogoh kocek dengan muka nanar

Untuk kebawah kita harus memakai sepatu boots karena seluruh ruangan penjara digenangi air.
tangga akses penjara bawah tanah
Kita berbaris berbanjar. Barisan depan (Tosa), tengah (Gata), dan belakang (Danu) bertugas memegangi senter. Si Danu ogah-ogahan baris paling belakang. Meski beda jauh, melihat posisi seperti itu saya jadi ingat chapter saat adegan tim Naruto mengejar Sasuke, mereka membentuk barisan berbanjar disusun berdasarkan skill masing-masing, Shikamaru paling depan dengan kemampuan insting dan analisanya, dan Neji paling belakang dengan penglihatan 360 derajat oleh byakugannya. Saya melihat Tosa yang gemar mendengarkan memang lebih cocok didepan bersama pemandu, Danu dengan sifatnya yang pecicilan sepertinya bisa meresist gangguan dari belakang dari miss kunti atau dari makhluk sejenis lainnya.

boots diobral! diobral! *jayus

Ket : itu bukan lg ngerokok, belagak doank


 Kita diperlihatkan tempat-tempat penyiksaan tahanan, mulai dari penjara jongkok (tahanan jogkok dalam petak-petak yang diisi air se-leher dan tahanan dibiarkan sampai mati), penjara berdiri (kalo yang ini bedanya tahanan berdiri dalam air yang seleher juga, dan lagi-lagi tahanan dibiarkan sampai mati), pintu saluran air, sampai lubang corong pembuangan mayat.
suasana di kota santri. eh, suasana di bawah tanah

alasan kenapa harus pake boots

di lubang ini tahanan yang sudah mati dibuang

Selesai keliling-keliling areal penyiksaan yang ternyata panjang juga, kita sampai di titik awal tadi. Anak-anak excited pengen uji nyali. Kami ditinggal bersama pengunjung lain, yaitu bersama 2 orang cewek yang kami temui disana. Kami berbaris persis di tempat uji nyali Dunia Lain episode Lawang Sewu yang fenomenal itu

Selingan :
Masih ingatkah kejadian penampakan disini?? Ada dua kali penampakan disini, saat uji nyali dan dimenit ke-7 di belakang presenter di atas tangga. Yang uji nyali dikabarkan meninggal setelahnya, hingga Dunia Lain diganti dengan Masih Dunia Lain. Dan episode Dunia Lain “Lawang Sewu” ini berhasil menggaet penghargaan tingkat asia (ah, kangen Dunia Lain)


uji nyali is over!
Pemandu naik kembali keatas meninggalkan kami, kemudian ia mematikan lampu dinding di ruangan kami. Blackout! Diawali oleh cewek-cewek tadi yang duduk di paling ujung arah kiri saya saling cekikikan, saya diam saja mendengarkan mereka cekikikan, Danu ikutan cekikian. Anak-anak  yang serius dan penasaran uji nyali sibuk ber-ssshhhh ssshhhhh… agar anak-agar yang berisik bisa diam. Kemudian hening, gelap total. Seketika itu saya bisa merasakan feeling orang-orang di acara uji nyali di tivi-tivi. Saya saja yang berada ditengah-tengah orang ber-8 rasanya sudah begini.  Saya jujur tiba-tiba mulai deg-degan, kalau ingat dulu saya suka nonton Uka-Uka Gentayangan tiap jam 12 malam di TPI (sekarang MNC). Disana sering ada penampakan juga, saya rasa itulah pioneer acara uji nyali sejenis Dunia Lain di Indonesia. Dulu pas SMP saya sering nonton acara itu sendirian malam-malam di ruang keluarga. Tidak jarang saya mematikan lampu. Kadang ada penampakan kadang tidak. Saya jadi penasaran jadi peserta uji nyali tsb. Kadang saya heran kenapa ada orang yang ke kamar mandi saja takut sama hantu, jalan malam-malam di tengah lorong sepi juga takut. Bahkan cowok pun juga tidak jarang. Saya dulu sering jalan sendirian di lorong rumah sakit tengah malam untuk mencegah kantuk saat menjaga nenek saya yang sedang sakit.
Niku, masih dg lokasi uji nyali
Dan di asrama saya yang sudah tua, ceritanya dulu sering ada penampakan di luar dilihat dari jendela, sekitar kamar mandi, sekitar pohon mangga dan jemuran. Saya hampir tiap malam sekitar jam 2-an selalu jalan sendirian ke kamar mandi, kemudian berak di WC paling ujung dekat jendela yang konon di zona luar sebelah jendela itulah para pendahulu penghuni asrama ini sering melihat yang aneh-aneh. Penasaran, kadang saya menoleh keluar jendela, untung-untung saya menemukan "sesuatu" itu, namun nihil. Kadang teman saya yang penakut di kunci di kamar mandi oleh teman lainnya yang suka jail, lalu lampunya dimatikan, dia berontak-berontak. Saya juga pernah jadi korban “tes takut setan” seperti itu, dikira saya takut gelap-gelapan sendirian di ruangan? ah, engga layau. saya santai aja, kadang saya lagi nyuci, ya sudah terpaksa saya meneruskan nyuci sambil gelap-gelapan, sampai mereka menyerah. Kadang saya juga berontak, ya abis saya pasitu baru aja selesai wudhu, orang mau shalat, jadi saya teriak-teriak ke mereka “Woy! Gue mau shalat Maghrib, dah mau Isya nih!!”. Mungkin merasa berdosa menghalangi niat orang ibadah, pintunya dibukain lagi. Soal yang horror-horor saya punya cerita sendiri, kapan-kapan cerita dicini ah! :3

Balik ke topik, disini saya mulai deg-degan, apa sebab? Bayangan putih datang dari sebelah kanan saya. Si Danu kaget. Ternyata ia juga merasakannya. Lalu dengan sigap menyalakan senternya kearah bayangan tadi, namun hilang seketika. Saya gelisah, serasa hidup saya terdesak. Saya berusaha mencegah bayangan-bayangan lain sebelum mereka dari dimensi lain itu benar-benar menampakkan wujud mereka. Saya mencegahnya dengan cekikikan sambil jokingan jayus agar suasana lebih rame. Saya tidak mau diam, “Pak, udah pak”. Ujar saya sambil melambai-lambaikan tangan persis di acara uji nyali tadi. Sampai akhirnya si pemandu sang penyelamat datang dan menyalakan lampu. Sebagian anak-anak terlihat ngedumel.

Kita balik lagi ke lantai atas, dalam hati saya kekeuh “Udah, cukup sekali itu saja”. Kita keliling lagi sebentar. Sayangnya gedung utama yang paling megah seantero komplek tidak dibuka untuk umum. Sepertinya gedung itu adalah kantor utama. Kita hanya bisa mengintipi dari luar lewat celah-celah pintu. Selesai leyeh-leyeh mengitari komplek lawang sewu tanpa pemandu, kita mampir di lokomotif yang di pajang di halaman depan. Tossa dan Tata naik ke atas, saya cukup duduk-duduk di bawahnya dan yang lainnya berdiri melihat dari bawah menyaksikan Tossa dan Tata. “Biarlah, kita serahkan malam ini sepenuhnya untuk mereka berdua” ujar Danu. Saya tidak terlalu memperhatikan perbuatan maksiat apa yang mereka perbuat diatas, saya duduk sendiri di bawah sibuk menikmati arsitektural bangunan utama. Tossa dan Tata memang sepertinya “eman-eman” untuk ditimbrungi, sejak keluar dari penjara bawah tanah tadi mereka berdua sepertinya lebih banyak memisahkan diri dari kita. Bahkan sebelum berduaan di atas lokomotif kita sempat nanya “kalian satu sekolah?”, “iya”, “satu kosan?”, “enggak”, “kenapa ga satu kos-an aja?”, “atau satu kamar?” imbuh yang lain. “pengennya sih gitu” jawab Tata.

ciee cieee...

***

Usai dari Lawang Sewu kita terjun ke Taman KB, mencari tempat makan untuk memenuhi permintaan si Danu yang dari tadi mengeluh kelaparan. “Taman KB? Taman Keluarga Berencana?” Danu penasaran. “bukan, taman buat yang ‘K’-nya berukuran ‘B’ ” Jawab Tossa nyengir, Saya cengengesan, si Danu bingung. Maaf, kalo soal ini radar saya memang kuat. Hehe… *nyengir

Selesai makan di foodcourt taman KB, (yang ternyata esoknya saya dikasih tahu kalo taman KB itu zona rawan perempuan jadi-jadian alias banci), anak-anak sibuk mengeluarkan motor dari parkir, sedangkan saya  tergopoh-gopoh menghampiri Danu, segera merampas tas-nya dan mengambil kamera di dalamnya karena di area parkir itu saya mendapati… TARAAAAAAA… ini dia!

vespa seribu sepion

tampak depan




Followers