Sudah lebih dari seminggu terakhir lagu ini mengiang-ngiang
terus di kepala saya. Tidak ada momen spesial kalo ditanya gimana ceritanya
tiba-tiba bisa begitu. Yang saya ingat hanya pas itu saya sedang menikmati
libur panjang di kampung halaman, seperti hari-hari biasa kalau di kampung,
sore-sore saya baru sampai di rumah pulang dari toko, saya abis bantu-bantu
ayah disana, begitu Yamaha saya diparkir di garasi saya langsung samperin tivi
yang lagi nyala tapi tidak ada orang lain yang sedang nonton. Bisa ditebak, tak
lama kemudian keluarlah iklan Yamaha, jinglenya yang enak di dengar dan video
klipnya yang sarat dunia petualangan, matching sekali. Saya tahu saya bukan pertama
kali nonton iklan Yamaha yang itu, saya sudah beberapa kali lihat di tivi,
namun baru saat itu saya ngeh kalo
lagunya ternyata enak juga. Sejak saat itu lagu itu sering sekali berputar di
kepala saya. Selain itu setiap kali iklan itu muncul lagi, gelagat berpetualang
saya selalu timbul, gimana engga, videonya yang para petualang menjelajah
sampai ke tebing-tebing tinggi dengan panoramanya yang indah, trus ke tempat-tempat
ekstrim lainnya yang balance dengan keindahan pemandangannya yang juga ga kalah
ekstrim. Para petualang yang berpetualang bersama Yamaha . Ah, bikin mupeng
taauuuu.
Tidak hanya sisi petualang, namun kalau di-flashback, ada
juga sisi melankolis Yamaha, yang turut mengisi kehidupan saya dan keluarga *sedaaap. Saya
ingat betul track record dan momentum setiap anggota keluarga saya bersama Yamaha. Misalnya kakak saya. Tiga tahun yang lalu, kakak saya memasuki semester
zona skripsi, entah sudah berapa milyar triliun rupiah uang yang sudah dikeluarkan
hanya untuk ongkos ngalor ngidul naik angkot, bus kota, bus antar daerah, dan
apapun itu jenis dan moda trasnportasi umum di antero Kota Padang dan transportasi
antar kota (karena kami tinggal di luar Kota Padang jadi kakak saya kos-kosan
di Padang sehingga berapa kali gitu dalam seminggu kakak saya baru bisa pulang
kampung). Orang tua saya akhirnya aware dengan masalah yang berdampak pada
keuangan negara keluarga ini setelah menerima pengaduan dari kakak
saya tersebut (kesannya ayah saya kayak customer service aja menerima pengaduan). Ongkos transport yang sudah tidak
bisa ditolerir bukan masalah yang bisa diabaikan begitu saja kalau memang mau
konsisten berhemat. Setelah ayah memakai metode penelitian kuantitatif dengan
pemilihan sampel secara acak (apadeh), maka diputuskanlah untuk membelikan
Yamaha Mio untuk kakak saya tersayang-unyu-unyu-hak-hak-hak (apasih) demi
meminimalisir biaya transportasinya.
Bahkan saya juga bisa merasakan impact keuangan kakak saya
semenjak kakak saya ber-“Mio” itu. Bayangkan saja, dulu setiap kali saya
dititipin uang oleh kakak saya buat disuruh beli ini itu keluar rumah, kembali lima ratus perak aja ditagih. Makanya setiap saya disuruh-suruh beli apa-apa sama
kakak saya saya suka males-malesan, karena seengganya kan saya dapet imbalan
jasa gitu kek dari hasil jerih payah saya capek capek jalan keluar. Meski cuma
dikasih lima ratus perak, masih saya hargain kok. Saya udah merasa bahagia dengan lima ratus kembalian tadi kalo dikhlasin seengganya bisa saya beliin gorengan apa gitu bakwan
ato apa meskipun cuma dapat satu.
Yah, sekarang bisa dibilang enak berkompromi dengan kakak
saya. Sejak beli Mio katanya udah ga seboros dulu lagi. Bahkan saya sekarang
sering dikasih uang saku tambahan karena berkat Yamaha kakak saya selain bisa
ngirit juga dapet kerja part time selagi kuliah. Nice job, Yamaha!
Masa-masa yang dilalui kakak saya bersama Yamaha di bangku
D3 mengantarkan kakak saya ke gerbang wisuda dengan predikat lulusan terbaik
ke-2. Begitulah, sedikit banyak Yamaha tlah berjasa membantu kakak saya
menyelesaikan kuliah D3-nya. Dan kini kakak saya sedang menjalani sekolah
keprofesian sebagai bidan, dan ia masih mempercayakan Mio-nya yang selalu siap
mendampingi kakak saya pergi kemanapun dalam urusan kuliah maupun luar kuliah,
cemungudh ea qaqaaaa…. Cemungudh eaa eamahaaa (Yamaha maksudnya)…
hah!? itu kan saya!!?? kyaa kyaa! #gajelas
Bagaimana dengan saya dan Yamaha? Sedikit curhat dan
informasi bahwa saya saat ini kuliah di tanah Jawa dalam rangka menuntut ilmu
demi masa depan yang harus cemerlang. Sampai saat ini saya masih belum dibelikan
kendaraan, karena kebetulan saya juga belum minta, pffft. Padahal dikeluarga
saya sayalah yang paling jauh kuliah(merantau)nya, Sumatera-Jawa lho broh! Lo
kira deqqet gitu? Kalo lo mikirnya gitu, berarti lo sakit jiwa tau ga!? Menurut
mata penerawangan saya, aiss! Gahar bet bahasanya. Tahun depan ekonomi keluarga
saya kelihatannya bakal membaik. Makadari itu saya memutuskan minta motor ke
ayah tahun depan saja. Motornya apa? Ya Yamaha-lah! Pengennya sih YamahaXeon RC, motor keluaran terbaru. Saya suka desain dan bodynya, bagi saya YamahaXeon RC itu motor yang paling
rancakbana dibanding motor matic lainnya. Banyak spesifikasi yang terbilang beda dari motor matic lainnya, selain kehadiran FI yang bikin irit, juga ada teknologi Auto Head Light On yang sesuai dengan peraturan berkendara di Indonesia. Trus ada Integrated Key Shutter, lubang kunci starter motornya juga merupakan lubang kunci bagasi. Smart Lock System membantu pengereman di jalan menanjak atau menurun, dan masih banyak lagi yang lainnya yang mensupport YamahaXeon RC menjadi yang Canggih dan Cepat. Keren tauk!
apa yang telah kita lalui bersama #eaaa
By the way in da hoy, demi apapun itu saya juga berharap kelak dengan Yamaha
saya bisa menemukan cinta saya . Ehm, gomong-ngomong soal asmara bersama Yamaha,
saya punya cerita nih. Waktu pulang kampung tahun kemarin saya seperti biasa
menyempatkan diri melepas kangen keliling kampung dengan Yamaha Mio-nya kakak
saya yang saya ceritain di awal tadi. Terlepas dari itu ada hal yang membatin
di saya perihal masa-masa kecil yang dulu saya lalui bersama seorang teman
perempuan sebut sajalah namanya “Lily”, engg… engaa deh, ganti, nama itu bikin
saya jadi lebih keinget guru Kimia SMA saya. Kita ganti jadi… Sebut sajalah
namanya “Dita”. Kebetulan saya ogah blak blakan disini share tentang masa-masa
saya bersama dia. For example, “Oooo, dulu gue sama Dita itu gini gini gitu
gitu, uuuh, lucu banget tau ga sih, romantis bangeeeet, blaah blaah”. No! Yang
jelas memori-memori saat dulu kecil bersama dia masih ingat di otak saya,
seromantis-romantisnya itu dan juga sejelek-jeleknya momen itu dulu. Back to
jalan-jalan ceria keliling kampung dalam rangka melepas kangen. Jadi saat saya
dijalan mau pulang tiba-tiba saya merasa ada motor lain mendekati saya, sejurus
kemudian motor tadi sudah mengiringi motor saya persis di samping saya, dan
saya tidak kenal dengan wajah perempuan yang bawa motor Xeon (waktu itu Xeon RC belum keluar), apa maksudnya mengiring motor saya. Langsung ke inti cerita,
“Kamu Deki kan?” perempuan yang diboncenginya itu menyahut ke saya. Saya kaget
luar biasa cetar bahana mengetahui bahwa yang diboncenginya itu yang tidak saya
perhatikan sebelumnya ternyata adalah Dita. Sebagai informasi yang cukup vital,
Dita sudah sekitar 8 tahun pindah ke Jakarta. Otomatis saya sudah bisa dibilang
lama tidak ketemu Dita yang wajahnya masih sama “chantique”-nya dengan Dita yang
dulu hanya tentu saja yang berubah itu posturnya yang tambah tinggi. Karena namanya juga long
time no see, jadi hal semacam ber-“waah udah lama ya ga ketemu” ria, atau
kesimpulannya saling menyatakan rasa perihal betapa lamanya kita sudah tak
bertemu dan saling berkomentar perihal penampilan kita masing-masing sekarang
ini dibanding dulu masih kecil lutu-lutuna adalah hal yang wajar. Soal
penampilan kita yang sekarang kita justru punya pendapat berkebalikan, saya akui Dita
wajahnya persis seperti kecil dulu, sedang Dita terus-terusan bilang kalo muka
saya berubah drastis, berubah banget, pokoknya berubah deh, Dita hanya tidak
tahu bahwa waktu dia sudah pergi saya pernah dititipkan jam tangannya Power
Ranger (yang dipake buat berubah itu lhoo jeung).
Singkat cerita, setelah itu Dita pindah motor ke motor saya,
temannya pulang duluan. Apasebab? Saya mau ngajakin Dita jalan-jalan, seharian
saya menghabiskan waktu bersamanya. Saya membawanya duduk-duduk ke pinggir
danau kebanggaan kampung saya. padahal tadinya saya sudah kesana, tapi gapapa,
demi Dita, trus lagian juga kan ada Yamaha, irit dan gesit. Kadang suka salah
tingkah jika saat ngobrol Dita mengingat-ingat betapa konyolnya seorang Deki
Nofendi di jaman baheula itu. ckck, ah Dita, aku colek juga nih dagunya Dita.
Tapi sayang ga berani, sentuh aja ga berani #gleg.
Tapi sedihnya Dita bilang besoknya dia sudah mau balik ke
Jakarta, FYI, kedatangan Dita ke kampung karena ayahnya ada urusan di kampung
dan dia juga ikut karena kebetulan Dita juga sedang libur. Tentu saya sedih,
karena asik seharian bersamanya saya sampai lupa menanyakan nomernya . Saya
mengantarkan Dita pulang dengan muka manyun di sepanjang jalan. Saya sedih,
saking sedih dan kecewanya sampai di rumah Dita pikiran saya pun kosong, saya
langsung putar pulang dan lupa minta nomer kontaknya. Yang dipikiran saya saat kita berpisah hanya
sedih dan saya tidak kepikiran minta nomer telepon dia. Saya menyesal. Saya
harap suatu saat nanti dia balik lagi kekampung, saat saya sudah berani untuk
bilang kalimat yang sebenarnya singkat tapi butuh nyali untuk menyatakannya,
sebut saja kalimat… “Aku sayang kamu”. Kalo nantinya saya masih single sih,
hehe…
Yamaha ku kini (sedikit modifikasi dari abang saya)
Jika nanti Dita kembali lagi, saya akan membawanya duduk-duduk
lagi di pinggir danau, tapi tak hanya itu, saya juga sudah niat kelak saya akan
menunjukkan tempat yang paling berkesan saat kita kecil dulu.Tempat saat kita masih
saling malu-malu bertatapan satu sama lain ketika pelajaran olahraga, tempat saat kita masih
mencuri-curi pandang ketika kami bergabung dengan anak-anak kampung lainnya
beramai-ramai menangkap belalang, ini bukan hanya tempat berkesan bagi kita
saat dulu kecil, tapi juga bagi kebanyakan anak-anak dikampung saya. Pada saat itu
saya akan membawanya dengan YamahaXeon RC baru saya yang nanti bakal semakin tak tertandingi (kalo nanti dibeliin
ayah sih, pokoknya harus lah itu) untuk menunjukkan padanya tempat yang saya
maksud, lapangan belakang rumah. Ah, saya harap Xeon RC segera hadir di kehidupan saya. Haruslah itu, harus yaa, pokoknya harus harus, aku ga mau tau, pokoknya harus.
Jadi demikianlah seingat saya , Tuhan dan Yamaha telah mempertemukan dan
menghubungkan saya dengan banyak orang yang saya sayangi. Maka dari itu, saya yakin Yamaha akan turut serta kembali membantu mempertemukan saya dengannya lagi, atau dengan siapapun itu “cinta”
saya, dan di kacamata seorang Deki Nofendi, Yamaha bisa membantu di segala hal,
bahkan perihal asmara sekalipun.
Ngebahas tahun baru? Bisa dibilang udah kadaluarsa sih, tapi ya daripada dibuang sayang...
***
Gimana cerita new year eve kalian kemarin guys? Apa kalian
menghabiskan waktu di klub dan menjadi raja/ratu dansa? Atau bersama teman-teman
remaja masjid mengkhatamkan Al-Quran semalaman? Atau berkumpul bersama
orang-orang yang dicintai dan disayangi? Keluarga, teman, atau pacar misalnya.
Saya juga punya cerita sendiri, berikut kronologisnya dari H-3 tahun baru.
H-3
Saya belum kepikiran, dan juga tidak mau kepikiran tahun
baru mau apa, pengen kemana, ingin ngapain, dan bla bla bla dst... dst... . Saya tidak punya
rencana apa-apa. Sepertinya setiap tahun saya juga tidak pernah punya rencana
apa-apa buat perayaan tahun baru, kecuali diajak. Boro-boro mikirin tahun baru,
UAS yang istilahnya udah “around the
corner” saja persiapannya masih belum apa-apa. Saya tidak tahu lagi bagaimana
caranya memancing mood belajar. Minggu tenang yang sudah jalan sekitar 5 hari
berasa tidak ada impact-nya di saya. Sepertinya saya masih akan berkutat di
jurus lama, SKS, “Sistem Kebut Semalam”, atau jurus Mestakung, “Semesta
Mendukung”. Setiap kali saya mencoba
belajar, misalnya baca-baca teks book akuntansi, yang tebalnya sungguh luar
biasa cetar membahana badai angin puyuh angin buritan nenek moyang tornado
nenek moyang tsunami. Saking gede dan berat, buku teks akuntansi ini juga konon bagus
dipakai buat menimpuk maling. Baru baca 1 chapter saja, eh saya pindah main
photoshop, tidur sebentar, abis itu baca lagi chapter berikutnya, eh pindah
nge-draft buat bahan tulisan di blog ini. Belajar kelompok selalu ada tawaran,
bahkan di grup jurusan juga ada anak-anak yang buka lapak belajar bareng di
maskam, namun saya bukan tipe anak yang bisa fokus belajar dalam kelompok,
selagi saya masih bisa ngerti dengan belajar sendiri saya belum akan ada
inisiatif buat gabung belajar kelompok dan semacamnya. Saya itu kalau ketemu teman apalagi yang klop, pasti ga bakal ada fokus buat belajar dalam kelompok. Lain lagi, kelemahan saya kalau belajar sendiri, seperti
yang saya bilang tadi, belum apa-apa bawaanya udah ngantuk aja. Zzzzz….
Saya galau mikirin UAS yang makin hari kian dekat, dan datang menghantui disetiap malam dalam mimpi buruk saya, saya benci dengan UAS, dan saya benci dengan diri saya sendiri karena
masih saja menghabiskan waktu dengan meng-galau memikirkan UAS tanpa melakukan
apa-apa selain tidur, jika saat itu saya masih punya uang untuk beli paket
internet, saya kemungkinan masih punya opsi lain selain tidur dan ngelamun, ya
iya, browsing.
H-2
Saya senang karena akhirnya saya diajak
juga party tahun baruan, saya di-sms Edwin, Edwin mengajak saya untuk ikutan
acara bakar-bakar. Kebetulan sekali, gelagat emosi saya karena mikirin UAS sepertinya
bisa dilampiaskan disini dengan membakar kosan Edwin. Tapi ternyata kita cuma
sebatas bakar-bakar ikan, sosis, ayam, makanan semua! Bayangan acara bakar ban
di tengah jalan kayak aksi demo mahasiswa untuk memaksa Soeharto lengser jadi presiden itu juga ga
ada. Kita cuma bakal makan-makan. Udah itu aja (kayaknya).
Gara-gara minggu tenang, sudah 6 hari saya tidak menginjak
kampus dan 6 hari pula kos-kosan saya sepi ditinggal penghuninya pulang kampung
yang mayoritas masih berasal dari pulau Jawa. Saya rindu sosialisasi, malam itu
sosmed lah yang jadi pelampiasan saya. Dari sore hingga malam hari saya chat
dengan banyak teman, di warnet tentunya (kan saya kehabisan internet). Malam
itu benar-benar dipersembahkan untuk saya, bagi saya ini hadiah dari isolasi
yang saya jalani selama 6 hari ini. Sepanjang saya online banyak teman saya
yang juga online, jangan-jangan mereka juga kesepian seperti saya. How was your
day at your home alone buddy? Bingung dan ga ada teman? Right?
Coba cek Twitter, isi TL dipenuhi hashtag resolusi 2013 semua, “Dang!
How this people make this shit? Gue sendiri aja ga berani bikin resolusi dengan menuliskan dan memamerkannya di sosmed," agak gimanaaa gitu, apalagi
publishing pake rasa bangga segala. Baca saja post saya sebelumnya, bahkan saya saja belum mau bikin rencana ini itu, pengen begini pengen begitu yang indikasinya terlalu ambisius dan lebay di tahun baru,
kecuali berharap agar bisa lebih baik saja dari tahun sebelumnya, dan tidak
hanya di tahun baru saja, setiap saat saya berharap begitu. Setiap saat di
segala waktu saat kepikiran saya selalu punya harapan, agar apapun rencana ,
masalah dan urusan saya selalu berjalan dengan lancar dan dengan hasil minimal
sesuai harapan. Aamiin...
Saya kembali ke facebook, chating dengan banyak teman. Mulai
dari sekedar nanyain kabar teman-teman SMA, teman-teman
dari UGM, nanya-nanya perihal UAS, ngomongin hal
absurd. Hari itu senyum saya pun telah kembali. Saya menyeringai, ngakak
guling-guling, salto, kayang, lompat galah, lempar lembing. Begitu saya bakal
mengekspresikan kesenangan saya disana seandainya cuma saya sendiri di warnet
itu, bisa ngobrol kembali dengan teman-teman saya yang kocak badai.
Singkirkan dulu obrolan kocak itu, karena jika dipampang
disini nanti blog saya jadi garing (bagi anda). diantara mereka ada beberapa
yang ingin saya bahas. Contohnya, saya disapa teman lama, dan dia bilang kayak
gini...
Apa saya harus bilang gini “Jaman gini masih percaya foto
cin ? Pernah denger yang namanya Photoshop? Perlu cin tau, Photoshop itu ibaratnya
oplasnya dunia maya gitu, ih! cucok” <- cakepnya ilang.
Tapi itu terlalu jujur, saya bilang saja…
Biar dikira
benar-benar sudah dewasa, fufufu.
Atau berusaha mengembalikan lagi si Farhan ke jalan yang
benar, yang dulu waktu kita sama-sama down setelah berjuang bersama namun akhirnya kita gagal bareng, dia sampai bilang meragukan keberadaan tuhan saking
kecewanya, yang bikin saya shock lagi dia sempat kepikiran jadi atheis saja! ckckck,
saya memang tertekan waktu itu, tapi syukur ga sampai separah itu -.- ,
ngomongnya jadi ngelantur. Dan itu hampir setengah tahun yang lalu, dan kini
isu tadi mencuat kembali -.- #savefarhan
Atau ngomongin topic yang rada berat bareng Riri, anak
jurusan psikologi temen SMA saya di Padang sana nun jauah di mato,
Translate:
Saya : Bukannya tiap hari orang juga ngomong ya?
Riri : Iyaa, tapi kadang gw sungkan aja sama temen ngomong gw, takut berasa males aja dia ngobrol sama gw. Ada-ada aja bahan yang mau gw omongin
Saya : Lo kan anak psikologi, masa ga bisa peratiin temen cerita lo udah keliatan bosan
Riri : Haha, lo bawa-bawa jurusan,
Justru karena gw terkadang bisa baca perilakunya kadang bikin gw jadi gimanaaa gitu
Saya : Lo kan anak psikologi, seharusnya kan lebih bisa menentukan sikap, gimana seharusnya kalo lawan cerita lo sebutlah si A, kalo si A udah keliatan gini-gini, maka baiknya reaksi kita gini-gini, kalo si A udah keliatan begitu-begitu, maka baiknya reaksi kita gitu-gitu. Biar obrolannya keep steady
Apa di psikologi kita cuma stuck belajar di perilaku orang? Tanpa belajar respek (reaksi) terhadap perilaku orang?
Riri : Hehe, lu benar
Tapii
Gw ga sepenuhnya benar dg jurusan psikologi sebelumnya dipikiran gw
Ternyata di psikologi mempelajari perilaku dg teori-teori dan bagaimana membaca perilaku orang (kecenderungan perilakunya)
Itu lebih ke skill yang diasah oleh jam terbang, dan tidak ada yang persis sama antara 1 orang dengan orang lainnya
Saya : Nah, maka dari itu, (lu aja bingung apalagi gw?) , lo ga bisa nanya ke gw soal yang begituan
Tapi gw pikir secara tidak langsung lo bisa jawab pertanyaan lo sendiri, cuma lo ga bisa bikin formula (template) ke kata-kata atau teorinya gimana, kayak lo tau jawabannya tapi masih mengawang-awang, yang bikin lo nanya ke gw
Riri : Hehe, gw tau, tapi lu bisalah kasih gw inspirasi, mungkin dengan cerita ke elu gw jadi “aha, tau gw”, hehe
Gw tetep ingin lo kenal gw sebelum gw di psikologi dan setelah gw di psikologi
Tetep samaaa
Saya : Kalo sekedar kenal sih ya tetep sama, gw bakal tetap kenal sama Sry Asrianty yang sejak dari SMA gw kenal lah
Riri : Iyaa, haha
Saya : Cuma interpersonally lo pengen kita tetep kenal kayak dari sebelum kuliah saat tamat kuliah nanti itu tergantung gw dan lo nya juga
Riri : Tergantung dari lo sama gw ? maksudnya dek?
Saya : Maksudnya kalo sekedar kenal ya pasti samalah kenalnya
Cuma pas tamat kuliah gw kenal lu “sebagai” Riri yang dulu itu ya pasti tergantung perkembangan lo lah, siapa tau pas tamat kuliah nanti lu makin dewasa, sikapnya berubah, tentu gw ga kenal lu sebagai Riri yang dulu lagi
Kalo tingkah laku lo dari tamat SMA sampai tamat kuliah flat gitu-gitu aja tentu gw masih kenal lu sebagai elu yang dulu
Begitupun sebaliknya, kalo lo pengen mengenal gw sebagai Deki yang dulunya
Riri : Hehe, iya betul, semoga berubah kearah yang lebih baik
Saya : Aamiin
Riri : Mungkin itu tadi Deki, (blaaaaa…. Blaaaa….. blaaa….. dst… dst…)
Semoga aja, kita ga pernah sombong dan lupa sama teman-teman kita
Saya : Aamiin, makanya jadi teman itu yang berkesan biar ga gampang lupa, pffft, canda i
Riri : Haha, lu….
Apakah gw berkesan bagi lo?
Saya : Ya pastilah, lo kan yang difoto (di tag di fb) pose berkacak pinggang di bawah pohon
Berkesan, wkwk
Riri : Hahaha, dasarrr
Saya : Pfft
Riri : Tapi komunikasi juga penting banget,
Ungkapan-ungkapan sederhana kita itu sangat berarti dan jadi terapi psikologi walaupun itu terkadang terkesan tidak lazim, seperti tadi
Lu berkesan bagi gw
Saya : Ooooooooowww :’)
Lu juga berkesan, si wanita pohon…
:’)
Riri : Haha, lu becanda aja, itu si Iin yang iseng
Saya : Iyaa, tau gw
Atau pukpuk Danu yang masih galau sama Hapenya yang ilang
waktu kita abis makan-makan di D’Cost
Ceritanya beberapa hari yang lalu, saat ol di fb jam 10
malamnya mendadak saya kaget melihat si Danu masih online. Jam 10 itu memang
masih masuk zona wajar bagi mahasiswa kalau belum tidur. But FYI, Tidak saya saja, semua teman-teman Danu
juga tahu bahwa Danu adalah mahasiswa terpagi di FEB dan jam tidurnya juga jam
tidur mahasiswa paling sore yang pernah saya tahu, paling telat itu tidurnya
jam 8 malam. Coba tebak, motor siapa yang paling pertama berdiri saat hari
kuliah di pelataran parkir FEB?? ya, motornya Danu. Siapa yang paling dikenal
mukanya oleh satpam karena selalu datang paling pagi? ya, mukanya Danu. Parkir
kendaraan siapa yang paling dekat aksesnya ke pintu gedung kuliah? ya,
parkirnya Danu. Siapa yang setiap hari memngepel lantai dan memebersihkan kloset FEB?
hee... kalau ini bukan Danu, ini kerjaannya mas Totok, salah satu OB-nya FEB,
;p
Saya saja bahkan menebak Danu bahkan datang lebih pagi
daripada satpam yang setiap hari membukakan pintu gerbang, saya membayangkan Danu setiap kali datang ke kampus harus menunggu di depan gerbang sampai
satpamnya datang kerja dan membukakan
pintu gerbang.
Maka dari itu, karena heran saya interogasi dah si Danu di
chat
berikut obrolan chat beberapa hari sebelumnya di hari saat hapenya ilang
Ternyata hapenya ilang. Saya jadi sok-sok
mencari-makna-dibalik-semua-ini, mengingat-ingat apa aja sih yang udah dilakukan
Danu sebelum kehilangan hapenya
Flashback ke waktu saat kita masih main bareng siang harinya
pada saat itu. Saya, Danu, Tossa, Baim, Bonar, Rully, dan Fauzan main ke Semawis, abis
itu makan besar di D'Cost, disana, Danu dengan mata jalangnya heboh dengan apa
yang ia lihat diantara tamu-tamu lainnya. “MILF!” serunya. “Coba lihat ke arah
jam 11, ada milf!”, ternyata yang dia maksud tante-tante yang lagi makan
bersama keluarganya dan mungkin disebelahnya adalah suaminya, dengan pakaiannya
yang ketat dan super sexy, memamerkan kulitnya yang putih mulus, wew! Saya
tebak, pasti dia pakai lulur mandi yang gambarnya putri raja. Mengingat malam
itu mungkin inilah semacam peringatan buat Danu, atau mungkin bukan peringatan
dari yang kejadian di D'Cost itu, mungkin peringatan dari kejadian yang lain, saya tidak mau berburuk
sangka. Yaa, mungkin karna saya tidak mau berburuk sangka membuat anda mengira
saya anak baik-baik, tapi sebenarnya dari awal sebelum Danu kasih tahu, saya
juga sudah perhatikan “tante” yang dia maksud, dan juga berpikiran kurang lebih
sama, milf! Pffft.
Ga Usah Di-:
Saya awalnya tidak tau kepanjangan dari MILF dan
apakah kata ini selalu jorok. Seperti kata “kinky” dan beberapa kata lainnya
yang tidak selalu saru, beberapa di benak anak anak sakau yang otaknya BF
sejati begitu dengar kata “kinky” kemungkinan otaknya udah langsung kemana-mana
padahal kata tersebut tidak selalu jorok artinya untuk kalimat dan situasi
tertentu, beda kasus dengan milf ini, saya tidak pernah dengar kata milf di
ucapkan di film, tv show, atau artikel berbahasa inggris. Makanya saya
penasaran, apa ada tempat positif bagi kata milf sehingga saya tidak harus
berburuk sangka bahwa Danu otaknya ternyata dobol triple x. Saya membuka tab
baru lalu mengetik kata milf, dan plis! Jangan anda lakukan hal yang sama,
cukup saya saja yang sudah melakukannya,dan cukup saya peringatkan saja disini,
bahwa ternyata ketika hasil pencarian muncul, keluarlah semua hal-hal saru,
apalagi di hasil pencarian gambar, semua gambar bisa meruntuhkan iman,
tragisnya,ternyata saya temukan di
sebelah kanan atas layar, family filter-nya : off! O tidak! Plis, jangan berburuk sangka dulu,
saya sendiri tidak sadar saya pernah mematikan family filter di browser
saya. Saya sendiri tidak mau menghabiskan waktu saya di internet untuk hal-hal
yang minus manfaat (untuk sosmed tidak bisa dibilang minus, tapi masih
mendekati nol). Sampailah kita kepada kesimpulan bahwa kata milf adalah kata
yang maksudnya “selalu saru”. Yaiyalah, dari kepanjangannya aja udah ketahuan. Jadi anda tidak perlu melakukan hal yang sama,
mencari tahu lagi di google. Because when you find it out, It turns you bad,
and I’m already bad, pffft. At least, I say again, I don’t really like all
things kind of waste my time or ruin my brain. Like I’m used to, be positive
thinking! I’m a good guy. Yet, for some reasons, I could be a slut, Rawwr!
Selain itu, juga ada momen “agak nakal” lainnya yang mungkin
juga jadi peringatan dari tuhan ke Danu. Selesai makan-makan. Kita melakukan
sedikit “nasty trip”. Kita jalan-jalan
jajan mata ke "Sunan Kuning" hehe, belum tau Sunan Kuning itu tempat seperti apa? Go figure out yourself! :p. Dan sedikit menggelikan bagi saya ketika saya
menemukan sebuah rumah bordil dengan slogan “lindungi anda, lindungi dia”
H-1
Senin tanggal 31 siang hari saya ketemu Aji di chat,
si Aji ternyata juga ngajakin buat ikutan
acara bakar-bakar yang kemarinnya dibilang si Edwin itu. Di waktu lain, saya
nulis 4 halaman dan tidur sepanjang hari, dan tentunya… tanpa belajar. Mwehehe.
Eh, bangun-bangun udah sore aja, cepet banget emang waktu berjalan,
jangan-jangan ntar malam begitu tidur lagi bangun-bangun eh saya sudah punya
anak aja. He… Tak lama kemudian hape saya berdering, Aji sms agar segera kumpul di kosan
Topan, tapi karena saya baru bangun, rasanya mager parah, saya ngulet lama di
kasur, jalan kayak keong ke kamar mandi, dandanpun lamanya kayak pengantin
wanita yang mau diijap didepan wali, kalau yang terakhir itu boong, aslinya
selesai mandi saya buru-buru ganti baju ganti kolor ganti celana tarik motor, wusssss..., di tengah jalan Aji sms lagi kalo anak-anak udah pada kumpul di kosan Edwin dan saya
disuruh langsung saja ke TKP.
Malam itu teman-teman yang tidak pulang kampung berkumpul. Selain
saya, Edwin dan Aji, juga ada Mardhi, Yudha, Vahdis, dan Topan, plus orang tua
Edwin yang ternyata juga lagi dikosan Edwin dalam rangka liburan. Selagi nungguin
arang yang ga nyala-nyala jadi bara. Mamah Edwin masakin kita kueh-kueh, kayak
tape ketan, gorengan, dsb. Trus beliau juga yang bikinin bumbu ayam panggang
dan ikan panggangnya. Mama Edwin baik banget, cungguh! Dan bumbu ayam panggang
dan ikan panggang bikinan mama Edwin juga enak banget, baru bumbunya doank udah
enak, cumpah!
Mama Edwin udah daritadi keburu selesai masak-masak, dan
orang-orang di komplek kosan Edwin juga udah keburu abis stock kembang apinya
abis dimainin semua daritadi, bara yang dari lepas maghrib dittunggu-tunggu
oleh 7 perjaka muda ini malah baru aja jadi. Tidak hanya menyalakan baranya
yang bikin modar para perjaka, memanggangpun dihadapin sama ujan yang datang
dan pergi bak cinta saya pada pandangan pertama yang kurang lebih sama, seringkali
hilang timbul. Kita sibuk masang terpal, udah kepasang eh malah
mencong-mencong, terpal dibongkar lagi trus dipasang lagi, begitu udah kepasang
lagi, eh ujannya jatuhnya ternyata mereng-mereng, sedangkan terpal yang kita
pasang tegak lurus sama api, alhasil sebagian apinya kena ujan, bongkar lagi
deh, saya sendiri jadi putus asa, sempat ada pikiran buat memindahkan apinya ke
teras, tapi terpalnya udah keburu dibenerin anak-anak, begitu terpalnya udah
bener, eh, ujan reda, wah, malam yang menyenangkan :) .
Setelah menikmati kebersamaan acara panggang memanggang dan
deselingi dengan sedikit acara putu-putu :3 , makanan pun disajikan. Saya tidak membayangkan sebelumnya bahwa makanan yang udah
kita bikin dan siapkan ternyata banyak banget ketika semua makanan digiring ke
karpet. Ebuset! Banyak amat! Saya suka makan, dan saya tidak tahu dengan
anak-anak yang lain. Bahkan jika semua anak-anak sama hobi makannya dengan
saya, saya tidak yakin semua makanannya bisa habis :#
(karna foto-fotonya masih di hapenya Edwin untuk sementara foto-fotonya yang ini dulu, yang kurang lebih mirip gitu deh party makan-makannya)
Entah ini lapar atau maruk namanya
Kata Aji kita makan ala Barbarian malam itu, yang mejanya
penuh dengan makanan. Sedang yang lain bilang kita makan udah kayak sekumpulan hyena, ada kambing makannya pada keroyokan, ada sapi pada rebutan, ada domba
dikerubungin bareng-bareng.
Selesai makan-makan (dan memang
tidak habis), Aji mengajak ke UNDIP nonton kembang api dari depan kedokteran
UNDIP, di depan FK terdapat view yang mengarah ke kota Semarang, kita bisa
lihat pemandangan kota Semarang dari sana. Usul Aji benar-benar ga sempat
kepikiran sama sekali oleh saya sebelumnya, karenanya, Aji jadi mengingatkan saya
bahwa ada spot di Tembalang dimana kita bisa lihat view kota Semarang secara
menyeluruh. Ah, iya, di bukit Diponegoro di depan FK UNDIP! Padahal saya sering
main muter-muter disana melihat-lihat kota Semarang dan gedung FK yang baru.
Tadinya saya benar-benar tidak berharap malam tahun baru ini bakal meriah
dengan kembang api atau ditengah-tengah ramai, macet, dan hiruk pikuk. Tadinya
saya pikir malam ini hanya sekedar kumpul-kumpul dan makan-makan bersama
teman-teman yang bagi saya sudah cukup menyenangkan dan sukur diajak tahun
baruan. Tapi yeaaaah ternyata sepertinya saya masih bisa nonton kembang api! Saya
jadi “agak” percaya kata orang “Saat
kita mengharapkan sesuatu bakal lebih maka kenyataannya sering terjadi dengan
mengecewakan dan juga sebaliknya.” itulah yang saya rasakan, setelah 5 hari monoton, saya tidak membayangkan nanti tahun baru bakal
seru seperti tahun sebelumnya, paling sendirian dikosan, dan membosankan.
Paling malam tahun baru kali ini bakal saya habiskan dengan menonton marathon
serial Avatar the Legend of Aang yang minggu lalu saya beli di Kaskus dan belum
sempat saya tonton. Dan setelah itu saya
bakal tidur dari malam 2012 dan bangun pas zuhur 2013. Beruntung ada yang ngajak
keluar acara bakar-bakar. Kemudian saya berasumsi lagi, okelah, its better, yaaa paling malam tahun
baru juga cuma bakar-bakaran biasa dan guyonan kayak di kampus biasanya, tapi
lebih baik lah, dibanding tidur tok. Saya tidak bakal bisa pungkiri dalam benak
dan hati saya (tjieh) bahwa saya merindukan pesta kembang api meriah seperti
tahun kemarin, saat saya masih di Jogja nonton pesta kembang perawan, eh
kembang api di asrama bareng teman-teman asrama yang tidak pulang kampung. Dari
lantai 3 asrama kita tidak hanya bisa lihat kembang api dari Stadion Mandala Krida seberang asrama, tapi juga dari kejauhan kita bisa lihat pesta kembang
api di Malioboro, so biutipul… . Dan itu sepertinya tidak akan ada, kenapa? Karena
ini Tembalang! Namun, pikiran saya itu
salah, malam pergantian tahun baru ini diluar ekspektasi saya. karena ide aji
saya tahun ini bakal tetap bisa menyaksikan pesta kembang api dan dengan cara
yang berbeda, kalo biasanya cuma bisa liat satu pertunjukan kembang api,
sekarang saya nanti bakal bisa lihat banyak pertunjukan kembang api dari semua
tempat di seluruh kota Semarang donk!? dari bukit Diponegoro yang di depan FK.
Gratis pula!
Selagi anak-anak wara-wiri mempersiapkan
keberangkatan, “Ini kayak mau pergi piknik aja ya?” pikir saya, gimana engga,
kue-kue yang ga habis tadi di bungkus lagi katanya buat dicemilin pas nonton
kembang api nanti, kenapa ga sekalian aja bawa tiker? Dikira piknik di bawah pepohonan sakura apah?. Selain itu saya agak cemas juga mikirin nanti disana aman
apa engga, secara gedung FK itu paling belakang di komplek UNDIP, disana masih
daerah baru, dan ga kebayang betapa sepinya kalo malam, kalau-kalau kami
dirampok? Atau di palak? Gimana? Ini tuh tengah malam cuy…, kayak yang sering kejadian di UGM, daerah kawasan gedung pusat saja rawan kejadian perampokan, bahkan tak jarang si korban
sampai dibacok, kadang tewas kadang masih diberi kesempatan hidup, Wallahu’alam. Kalo di UGM biasanya sih kejadiannya itu tengah malam gitu, tengah malam kan sepi, kalo daerah udah sepi kan
rentan kriminal. Nah, di UGM aja yang di pusat kota masih sering kejadian kriminal, apalagi di UNDIP?? Pinggiran kota gitu.
Saya ngikutin anak-anak saja
dengan harap-harap cemas, berharap pulang-pulang kami masih hidup dan ga ada
kejadian macam-macam. ,. Ternyata eh ternyata, sesampai di depan gerbang UNDIP,
eh gerbangnya ditutup dan dijagain satpam. Beberapa orang juga terlihat ingin
masuk ke dalam, fffiuh, saya bisa sedikit lega, agak lebih aman. syukurlah rupanya bukan cuma kami yang mau kesana, masih ada orang lain. Entah apa maksudnya pintu gerbang
ditutup, kami terpaksa masuk lewat jalan
kecil sebelah jalan tol Semarang yang langsung menuju FEB, kampus saya
tercinta. Saya perhatikan jalan ini yang biasanya sepi malam itu jadi ramai.
Dan semakin dekat ke tujuan semakin terasa suara keramaian, petasan, kembang
api, dan riuh. eleuh eleuh! Rupanya rame banget euy! Berasa masuk pasar.
Trotoar yang menghadap ke view kota Semarang sampai penuh oleh makhluk tuhan yang
paling kapitalis bernama manusia. Sepanjang jalan depan FK penuh dengan kendaraan
yang parkir. Saya desak-desakan, keramaian memisahkan saya dan Edwin dengan yang lain, karena saya dan Edwin satu motor. Mereka yang lain itu
memilih menonton di jalan setapak di sebelah perumahan Bukit Diponegoro. Saya
dan Edwin lebih memilih di trotoar depan FK saja meskipun desak-desakan
alasannya karena disana bisa lihat ke pusat kota Simpang Lima, sedangkan
ditempatnya si Aji CS yang di sebelah perumahan Bukit Diponegoro itu
membelakangi view ke Simpang Lima.
Selagi menunggu pukul 00.00 tiba,
beberapa orang menyalakan kembang api mereka sendiri sebagai pemanasan, saya memerhatikan keluarga yang tampaknya bahagiaaaa sekali, lihat senyum
anak mereka itu… bermain dengan ayahnya. saya agak iri, berkhayal seperti
mereka, membayangkan bisa tahun baru bersama keluarga saya tanpa perang dingin yang selama ini sering membuat saya tertekan, saya kembali menatap lekat kota Semarang, hanya sebentar saya menikmatinya, pikiran saya jadi mengawang-awang, saya baru kepikiran sekarang tentang bagaimana keadaan di
rumah saat ini. Prahara di rumah membuat sedikit bekas luka di dada. Kadang
jika ingat kejadian itu dulu saya jadi malah merasa agak lega kuliah jauh dari rumah, kadang
jika lupa saya malah rindu akan rumah. Ah, mewek, tapi Tuhan pasti tlah menentukan waktu saat
semua sakit yang dirasakan semua orang di rumah saya berakhir.
“Dek, Deki!” saya baru sadar Edwin yang berdiri jauh dibelakang saya
memanggil saya, Aduh, saya mau menoleh ke belakang tapi keburu sadar mata saya
udah berkaca-kaca, buru-buru saya usap dengan ujung lengan jaket saya sebelum
netes bener. Malu euy kalau dah keliatan netes! Saya kemudian segera menghampiri
Edwin, Edwin katanya mau minta sms. Tiba-tiba semua orang bersorak…
TIGA… DUA… SATU….!!!!!!! Happy
New Yeaaaaar…
Saya jumpalitan kembali ke tempat
saya semula tadi, menyaksikan kembang api diseluruh pelosok Semarang yang sudah
memenuhi langit kota. What a great night view. Kembang api dimana-mana. Saya terpana…
Entah mungkin sudah 1 jam-an kami
menyaksikan pesta kembang api, Aji menelepon mengajak pulang duluan, takut
nanti pulang-pulang macet, tapi saya dan Edwin masih belum mau pulang, akhirnya
mereka pulang duluan. Sayang banget, tak lama setelah Aji pulang, perumahan Bukit Diponegoro menyajikan pesta
kembang api raksasa. Dipertengahan pesta kembang api, saya sempat
merekamnya pake hape Edwin, ga sebesar yang pertama kali sih,
(videonya juga masih di hp Edwin,
pake video ini dulu yaa)
Saya sampai di kos jam 3 pagi, sesampai
di kos saya langsung baringan di kasur kepikiran bahwa “tahun baruan tadi itu
kok rasanya melankolis banget yaa?”, saya nyengir kuda. Entah gimana
ceritanya saya sampai tertidur, tidur pulas sampai siang hari di 2013, hmm,
permulaan tahun yang sangat patut diteladani, fufufu…