Yamaha, Pertemukan Aku dengan Dia (Lagi)

Posted on Rabu, 20 Maret 2013 | 6 komentar

Langkah-langkah yang telah tertempuh

Melesatkan kita ke tujuan

Waktu waktu terus buktikan

Cuma kita yang semakin di depan

Sudah lebih dari seminggu terakhir lagu ini mengiang-ngiang terus di kepala saya. Tidak ada momen spesial kalo ditanya gimana ceritanya tiba-tiba bisa begitu. Yang saya ingat hanya pas itu saya sedang menikmati libur panjang di kampung halaman, seperti hari-hari biasa kalau di kampung, sore-sore saya baru sampai di rumah pulang dari toko, saya abis bantu-bantu ayah disana, begitu Yamaha saya diparkir di garasi saya langsung samperin tivi yang lagi nyala tapi tidak ada orang lain yang sedang nonton. Bisa ditebak, tak lama kemudian keluarlah iklan Yamaha, jinglenya yang enak di dengar dan video klipnya yang sarat dunia petualangan, matching sekali. Saya tahu saya bukan pertama kali nonton iklan Yamaha yang itu, saya sudah beberapa kali lihat di tivi, namun  baru saat itu saya ngeh kalo lagunya ternyata enak juga. Sejak saat itu lagu itu sering sekali berputar di kepala saya. Selain itu setiap kali iklan itu muncul lagi, gelagat berpetualang saya selalu timbul, gimana engga, videonya yang para petualang menjelajah sampai ke tebing-tebing tinggi dengan panoramanya yang indah, trus ke tempat-tempat ekstrim lainnya yang balance dengan keindahan pemandangannya yang juga ga kalah ekstrim. Para petualang yang berpetualang bersama Yamaha . Ah, bikin mupeng taauuuu.

Tidak hanya sisi petualang, namun kalau di-flashback, ada juga sisi melankolis Yamaha, yang turut mengisi kehidupan saya dan keluarga *sedaaap. Saya ingat betul track record dan momentum setiap anggota keluarga saya bersama Yamaha. Misalnya kakak saya. Tiga tahun yang lalu, kakak saya memasuki semester zona skripsi, entah sudah berapa milyar triliun rupiah uang yang sudah dikeluarkan hanya untuk ongkos ngalor ngidul naik angkot, bus kota, bus antar daerah, dan apapun itu jenis dan moda trasnportasi umum di antero Kota Padang dan transportasi antar kota (karena kami tinggal di luar Kota Padang jadi kakak saya kos-kosan di Padang sehingga berapa kali gitu dalam seminggu kakak saya baru bisa pulang kampung). Orang tua saya akhirnya aware dengan masalah yang berdampak pada keuangan negara keluarga ini setelah menerima pengaduan dari kakak saya tersebut (kesannya ayah saya kayak customer service aja menerima pengaduan). Ongkos transport yang sudah tidak bisa ditolerir bukan masalah yang bisa diabaikan begitu saja kalau memang mau konsisten berhemat. Setelah ayah memakai metode penelitian kuantitatif dengan pemilihan sampel secara acak (apadeh), maka diputuskanlah untuk membelikan Yamaha Mio untuk kakak saya tersayang-unyu-unyu-hak-hak-hak (apasih) demi meminimalisir biaya transportasinya.

Bahkan saya juga bisa merasakan impact keuangan kakak saya semenjak kakak saya ber-“Mio” itu. Bayangkan saja, dulu setiap kali saya dititipin uang oleh kakak saya buat disuruh beli ini itu keluar rumah, kembali lima ratus perak aja ditagih. Makanya setiap saya disuruh-suruh beli apa-apa sama kakak saya saya suka males-malesan, karena seengganya kan saya dapet imbalan jasa gitu kek dari hasil jerih payah saya capek capek jalan keluar. Meski cuma dikasih lima ratus perak, masih saya hargain kok. Saya udah merasa bahagia dengan lima ratus kembalian tadi kalo dikhlasin seengganya bisa saya beliin gorengan apa gitu bakwan ato apa meskipun cuma dapat satu.

Yah, sekarang bisa dibilang enak berkompromi dengan kakak saya. Sejak beli Mio katanya udah ga seboros dulu lagi. Bahkan saya sekarang sering dikasih uang saku tambahan karena berkat Yamaha kakak saya selain bisa ngirit juga dapet kerja part time selagi kuliah. Nice job, Yamaha!
Masa-masa yang dilalui kakak saya bersama Yamaha di bangku D3 mengantarkan kakak saya ke gerbang wisuda dengan predikat lulusan terbaik ke-2. Begitulah, sedikit banyak Yamaha tlah berjasa membantu kakak saya menyelesaikan kuliah D3-nya. Dan kini kakak saya sedang menjalani sekolah keprofesian sebagai bidan, dan ia masih mempercayakan Mio-nya yang selalu siap mendampingi kakak saya pergi kemanapun dalam urusan kuliah maupun luar kuliah, cemungudh ea qaqaaaa…. Cemungudh eaa eamahaaa (Yamaha maksudnya)…

hah!? itu kan saya!!?? kyaa kyaa! #gajelas
Bagaimana dengan saya dan Yamaha? Sedikit curhat dan informasi bahwa saya saat ini kuliah di tanah Jawa dalam rangka menuntut ilmu demi masa depan yang harus cemerlang. Sampai saat ini saya masih belum dibelikan kendaraan, karena kebetulan saya juga belum minta, pffft. Padahal dikeluarga saya sayalah yang paling jauh kuliah(merantau)nya, Sumatera-Jawa lho broh! Lo kira deqqet gitu? Kalo lo mikirnya gitu, berarti lo sakit jiwa tau ga!? Menurut mata penerawangan saya, aiss! Gahar bet bahasanya. Tahun depan ekonomi keluarga saya kelihatannya bakal membaik. Makadari itu saya memutuskan minta motor ke ayah tahun depan saja. Motornya apa? Ya Yamaha-lah! Pengennya sih Yamaha Xeon RC, motor keluaran terbaru. Saya suka desain dan bodynya, bagi saya Yamaha Xeon RC itu motor yang paling rancakbana dibanding motor matic lainnya. Banyak spesifikasi yang terbilang beda dari motor matic lainnya, selain kehadiran FI yang bikin irit, juga ada teknologi Auto Head Light On yang sesuai dengan peraturan berkendara di Indonesia. Trus ada Integrated Key Shutter, lubang kunci starter motornya juga merupakan lubang kunci bagasi. Smart Lock System membantu pengereman di jalan menanjak atau menurun, dan masih banyak lagi yang lainnya yang mensupport Yamaha Xeon RC menjadi yang Canggih dan Cepat. Keren tauk!

apa yang telah kita lalui bersama #eaaa
By the way in da hoy, demi apapun itu saya juga berharap kelak dengan Yamaha saya bisa menemukan cinta saya . Ehm, gomong-ngomong soal asmara bersama Yamaha, saya punya cerita nih. Waktu pulang kampung tahun kemarin saya seperti biasa menyempatkan diri melepas kangen keliling kampung dengan Yamaha Mio-nya kakak saya yang saya ceritain di awal tadi. Terlepas dari itu ada hal yang membatin di saya perihal masa-masa kecil yang dulu saya lalui bersama seorang teman perempuan sebut sajalah namanya “Lily”, engg… engaa deh, ganti, nama itu bikin saya jadi lebih keinget guru Kimia SMA saya. Kita ganti jadi… Sebut sajalah namanya “Dita”. Kebetulan saya ogah blak blakan disini share tentang masa-masa saya bersama dia. For example, “Oooo, dulu gue sama Dita itu gini gini gitu gitu, uuuh, lucu banget tau ga sih, romantis bangeeeet, blaah blaah”. No! Yang jelas memori-memori saat dulu kecil bersama dia masih ingat di otak saya, seromantis-romantisnya itu dan juga sejelek-jeleknya momen itu dulu. Back to jalan-jalan ceria keliling kampung dalam rangka melepas kangen. Jadi saat saya dijalan mau pulang tiba-tiba saya merasa ada motor lain mendekati saya, sejurus kemudian motor tadi sudah mengiringi motor saya persis di samping saya, dan saya tidak kenal dengan wajah perempuan yang bawa motor Xeon (waktu itu Xeon RC belum keluar), apa maksudnya mengiring motor saya. Langsung ke inti cerita, “Kamu Deki kan?” perempuan yang diboncenginya itu menyahut ke saya. Saya kaget luar biasa cetar bahana mengetahui bahwa yang diboncenginya itu yang tidak saya perhatikan sebelumnya ternyata adalah Dita. Sebagai informasi yang cukup vital, Dita sudah sekitar 8 tahun pindah ke Jakarta. Otomatis saya sudah bisa dibilang lama tidak ketemu Dita yang wajahnya masih sama “chantique”-nya dengan Dita yang dulu hanya tentu saja yang berubah itu posturnya yang tambah tinggi. Karena namanya juga long time no see, jadi hal semacam ber-“waah udah lama ya ga ketemu” ria, atau kesimpulannya saling menyatakan rasa perihal betapa lamanya kita sudah tak bertemu dan saling berkomentar perihal penampilan kita masing-masing sekarang ini dibanding dulu masih kecil lutu-lutuna adalah hal yang wajar. Soal penampilan kita yang sekarang kita justru punya pendapat berkebalikan, saya akui Dita wajahnya persis seperti kecil dulu, sedang Dita terus-terusan bilang kalo muka saya berubah drastis, berubah banget, pokoknya berubah deh, Dita hanya tidak tahu bahwa waktu dia sudah pergi saya pernah dititipkan jam tangannya Power Ranger (yang dipake buat berubah itu lhoo jeung).

Singkat cerita, setelah itu Dita pindah motor ke motor saya, temannya pulang duluan. Apasebab? Saya mau ngajakin Dita jalan-jalan, seharian saya menghabiskan waktu bersamanya. Saya membawanya duduk-duduk ke pinggir danau kebanggaan kampung saya. padahal tadinya saya sudah kesana, tapi gapapa, demi Dita, trus lagian juga kan ada Yamaha, irit dan gesit. Kadang suka salah tingkah jika saat ngobrol Dita mengingat-ingat betapa konyolnya seorang Deki Nofendi di jaman baheula itu. ckck, ah Dita, aku colek juga nih dagunya Dita. Tapi sayang ga berani, sentuh aja ga berani #gleg.

Tapi sedihnya Dita bilang besoknya dia sudah mau balik ke Jakarta, FYI, kedatangan Dita ke kampung karena ayahnya ada urusan di kampung dan dia juga ikut karena kebetulan Dita juga sedang libur. Tentu saya sedih, karena asik seharian bersamanya saya sampai lupa menanyakan nomernya . Saya mengantarkan Dita pulang dengan muka manyun di sepanjang jalan. Saya sedih, saking sedih dan kecewanya sampai di rumah Dita pikiran saya pun kosong, saya langsung putar pulang dan lupa minta nomer kontaknya.  Yang dipikiran saya saat kita berpisah hanya sedih dan saya tidak kepikiran minta nomer telepon dia. Saya menyesal. Saya harap suatu saat nanti dia balik lagi kekampung, saat saya sudah berani untuk bilang kalimat yang sebenarnya singkat tapi butuh nyali untuk menyatakannya, sebut saja kalimat… “Aku sayang kamu”. Kalo nantinya saya masih single sih, hehe…

Yamaha ku kini (sedikit modifikasi dari abang saya)

Jika nanti Dita kembali lagi, saya akan membawanya duduk-duduk lagi di pinggir danau, tapi tak hanya itu, saya juga sudah niat kelak saya akan menunjukkan tempat yang paling berkesan saat kita kecil dulu.Tempat saat kita masih saling malu-malu bertatapan satu sama lain ketika pelajaran olahraga, tempat saat kita masih mencuri-curi pandang ketika kami bergabung dengan anak-anak kampung lainnya beramai-ramai menangkap belalang, ini bukan hanya tempat berkesan bagi kita saat dulu kecil, tapi juga bagi kebanyakan anak-anak dikampung saya. Pada saat itu saya akan membawanya dengan Yamaha Xeon RC baru saya yang nanti bakal semakin tak tertandingi (kalo nanti dibeliin ayah sih, pokoknya harus lah itu) untuk menunjukkan padanya tempat yang saya maksud, lapangan belakang rumah. Ah, saya harap Xeon RC segera hadir di kehidupan saya. Haruslah itu, harus yaa, pokoknya harus harus, aku ga mau tau, pokoknya harus.

Jadi demikianlah seingat saya , Tuhan dan Yamaha telah mempertemukan dan menghubungkan saya dengan banyak orang yang saya sayangi.  Maka dari itu, saya yakin Yamaha akan turut serta kembali membantu mempertemukan saya dengannya lagi, atau dengan siapapun itu “cinta” saya, dan di kacamata seorang Deki Nofendi, Yamaha bisa membantu di segala hal, bahkan perihal asmara sekalipun.

Kronologi Berujung Melankoli

Posted on Senin, 11 Maret 2013 | 0 komentar

Ngebahas tahun baru? Bisa dibilang udah kadaluarsa sih, tapi ya daripada dibuang sayang...

***

Gimana cerita new year eve kalian kemarin guys? Apa kalian menghabiskan waktu di klub dan menjadi raja/ratu dansa? Atau bersama teman-teman remaja masjid mengkhatamkan Al-Quran semalaman? Atau berkumpul bersama orang-orang yang dicintai dan disayangi? Keluarga, teman, atau pacar misalnya. Saya juga punya cerita sendiri, berikut kronologisnya dari H-3 tahun baru.

H-3

Saya belum kepikiran, dan juga tidak mau kepikiran tahun baru mau apa, pengen kemana, ingin ngapain, dan bla bla bla dst... dst... . Saya tidak punya rencana apa-apa. Sepertinya setiap tahun saya juga tidak pernah punya rencana apa-apa buat perayaan tahun baru, kecuali diajak. Boro-boro mikirin tahun baru, UAS  yang istilahnya udah “around the corner” saja persiapannya masih belum apa-apa. Saya tidak tahu lagi bagaimana caranya memancing mood belajar. Minggu tenang yang sudah jalan sekitar 5 hari berasa tidak ada impact-nya di saya. Sepertinya saya masih akan berkutat di jurus lama, SKS, “Sistem Kebut Semalam”, atau jurus Mestakung, “Semesta Mendukung”.  Setiap kali saya mencoba belajar, misalnya baca-baca teks book akuntansi, yang tebalnya sungguh luar biasa cetar membahana badai angin puyuh angin buritan nenek moyang tornado nenek moyang tsunami. Saking gede dan berat, buku teks akuntansi ini juga konon bagus dipakai buat menimpuk maling. Baru baca 1 chapter saja, eh saya pindah main photoshop, tidur sebentar, abis itu baca lagi chapter berikutnya, eh pindah nge-draft buat bahan tulisan di blog ini. Belajar kelompok selalu ada tawaran, bahkan di grup jurusan juga ada anak-anak yang buka lapak belajar bareng di maskam, namun saya bukan tipe anak yang bisa fokus belajar dalam kelompok, selagi saya masih bisa ngerti dengan belajar sendiri saya belum akan ada inisiatif buat gabung belajar kelompok dan semacamnya. Saya itu kalau ketemu teman apalagi yang klop, pasti ga bakal ada fokus buat belajar dalam kelompok. Lain lagi, kelemahan saya kalau belajar sendiri, seperti yang saya bilang tadi, belum apa-apa bawaanya udah ngantuk aja. Zzzzz….

Saya galau mikirin UAS yang makin hari kian dekat, dan datang menghantui disetiap malam dalam mimpi buruk saya, saya benci dengan UAS, dan saya benci dengan diri saya sendiri karena masih saja menghabiskan waktu dengan meng-galau memikirkan UAS tanpa melakukan apa-apa selain tidur, jika saat itu saya masih punya uang untuk beli paket internet, saya kemungkinan masih punya opsi lain selain tidur dan ngelamun, ya iya, browsing.

H-2

Saya senang karena akhirnya saya diajak juga party tahun baruan, saya di-sms Edwin, Edwin mengajak saya untuk ikutan acara bakar-bakar. Kebetulan sekali, gelagat emosi saya karena mikirin UAS sepertinya bisa dilampiaskan disini dengan membakar kosan Edwin. Tapi ternyata kita cuma sebatas bakar-bakar ikan, sosis, ayam, makanan semua! Bayangan acara bakar ban di tengah jalan kayak aksi demo mahasiswa untuk memaksa Soeharto lengser jadi presiden itu juga ga ada. Kita cuma bakal makan-makan. Udah itu aja (kayaknya).

Gara-gara minggu tenang, sudah 6 hari saya tidak menginjak kampus dan 6 hari pula kos-kosan saya sepi ditinggal penghuninya pulang kampung yang mayoritas masih berasal dari pulau Jawa. Saya rindu sosialisasi, malam itu sosmed lah yang jadi pelampiasan saya. Dari sore hingga malam hari saya chat dengan banyak teman, di warnet tentunya (kan saya kehabisan internet). Malam itu benar-benar dipersembahkan untuk saya, bagi saya ini hadiah dari isolasi yang saya jalani selama 6 hari ini. Sepanjang saya online banyak teman saya yang juga online, jangan-jangan mereka juga kesepian seperti saya. How was your day at your home alone buddy? Bingung dan ga ada teman? Right?

Coba cek Twitter, isi TL dipenuhi hashtag resolusi 2013 semua, “Dang! How this people make this shit? Gue sendiri aja ga berani bikin resolusi dengan menuliskan dan memamerkannya di sosmed," agak gimanaaa gitu, apalagi publishing pake rasa bangga segala. Baca saja post saya sebelumnya, bahkan saya saja belum mau bikin rencana ini itu, pengen begini pengen begitu yang indikasinya terlalu ambisius dan lebay di tahun baru, kecuali berharap agar bisa lebih baik saja dari tahun sebelumnya, dan tidak hanya di tahun baru saja, setiap saat saya berharap begitu. Setiap saat di segala waktu saat kepikiran saya selalu punya harapan, agar apapun rencana , masalah dan urusan saya selalu berjalan dengan lancar dan dengan hasil minimal sesuai harapan. Aamiin...

Saya kembali ke facebook, chating dengan banyak teman. Mulai dari sekedar nanyain kabar teman-teman SMA, teman-teman dari UGM, nanya-nanya perihal UAS, ngomongin hal absurd. Hari itu senyum saya pun telah kembali. Saya menyeringai, ngakak guling-guling, salto, kayang, lompat galah, lempar lembing. Begitu saya bakal mengekspresikan kesenangan saya disana seandainya cuma saya sendiri di warnet itu, bisa ngobrol kembali dengan teman-teman saya yang kocak badai.
Singkirkan dulu obrolan kocak itu, karena jika dipampang disini nanti blog saya jadi garing (bagi anda). diantara mereka ada beberapa yang ingin saya bahas. Contohnya, saya disapa teman lama, dan dia bilang kayak gini...

Apa saya harus bilang gini “Jaman gini masih percaya foto cin ? Pernah denger yang namanya Photoshop? Perlu cin tau, Photoshop itu ibaratnya oplasnya dunia maya gitu, ih! cucok” <- cakepnya ilang.
Tapi itu terlalu jujur, saya bilang saja…

Biar dikira benar-benar sudah dewasa, fufufu.

Atau berusaha mengembalikan lagi si Farhan ke jalan yang benar, yang dulu waktu kita sama-sama down setelah berjuang bersama namun akhirnya kita gagal bareng, dia sampai bilang meragukan keberadaan tuhan saking kecewanya, yang bikin saya shock lagi dia sempat kepikiran jadi atheis saja! ckckck, saya memang tertekan waktu itu, tapi syukur ga sampai separah itu -.- , ngomongnya jadi ngelantur. Dan itu hampir setengah tahun yang lalu, dan kini isu tadi mencuat kembali -.- #savefarhan




Atau ngomongin topic yang rada berat bareng Riri, anak jurusan psikologi temen SMA saya di Padang sana nun jauah di mato,


Translate:
Saya : Bukannya tiap hari orang juga ngomong ya?

Riri : Iyaa, tapi kadang gw sungkan aja sama temen ngomong gw, takut berasa males aja dia ngobrol sama gw. Ada-ada aja bahan yang mau gw omongin

Saya : Lo kan anak psikologi, masa ga bisa peratiin temen cerita lo udah keliatan bosan

Riri : Haha, lo bawa-bawa jurusan,
Justru karena gw terkadang bisa baca perilakunya kadang bikin gw jadi gimanaaa gitu

Saya : Lo kan anak psikologi, seharusnya kan lebih bisa menentukan sikap, gimana seharusnya kalo lawan cerita lo sebutlah si A, kalo si A udah keliatan gini-gini, maka baiknya reaksi kita gini-gini, kalo si A udah keliatan begitu-begitu, maka baiknya reaksi kita gitu-gitu. Biar obrolannya keep steady
Apa di psikologi kita cuma stuck belajar di perilaku orang? Tanpa belajar respek (reaksi) terhadap perilaku orang?

Riri : Hehe, lu benar Tapii Gw ga sepenuhnya benar dg jurusan psikologi sebelumnya dipikiran gw Ternyata di psikologi mempelajari perilaku dg teori-teori dan bagaimana membaca perilaku orang (kecenderungan perilakunya)
Itu lebih ke skill yang diasah oleh jam terbang, dan tidak ada yang persis sama antara 1 orang dengan orang lainnya

Saya : Nah, maka dari itu, (lu aja bingung apalagi gw?) , lo ga bisa nanya ke gw soal yang begituan
Tapi gw pikir secara tidak langsung lo bisa jawab pertanyaan lo sendiri, cuma lo ga bisa bikin formula (template) ke kata-kata atau teorinya gimana, kayak lo tau jawabannya tapi masih mengawang-awang, yang bikin lo nanya ke gw

Riri : Hehe, gw tau, tapi lu bisalah kasih gw inspirasi, mungkin dengan cerita ke elu gw jadi “aha, tau gw”, hehe
Gw tetep ingin lo kenal gw sebelum gw di psikologi dan setelah gw di psikologi
Tetep samaaa

Saya : Kalo sekedar kenal sih ya tetep sama, gw bakal tetap kenal sama Sry Asrianty yang sejak dari SMA gw kenal lah

Riri : Iyaa, haha

Saya : Cuma interpersonally lo pengen kita tetep kenal kayak dari sebelum kuliah saat tamat kuliah nanti itu tergantung gw dan lo nya juga

Riri : Tergantung dari lo sama gw ? maksudnya dek?

Saya : Maksudnya kalo sekedar kenal ya pasti samalah kenalnya
Cuma pas tamat kuliah gw kenal lu “sebagai” Riri yang dulu itu ya pasti tergantung perkembangan lo lah, siapa tau pas tamat kuliah nanti lu makin dewasa, sikapnya berubah, tentu gw ga kenal lu sebagai Riri yang dulu lagi
Kalo tingkah laku lo dari tamat SMA sampai tamat kuliah flat gitu-gitu aja tentu gw masih kenal lu sebagai elu yang dulu
Begitupun sebaliknya, kalo lo pengen mengenal gw sebagai Deki yang dulunya

Riri : Hehe, iya betul, semoga berubah kearah yang lebih baik

Saya : Aamiin

Riri : Mungkin itu tadi Deki, (blaaaaa…. Blaaaa….. blaaa….. dst… dst…)
Semoga aja, kita ga pernah sombong dan lupa sama teman-teman kita

Saya : Aamiin, makanya jadi teman itu yang berkesan biar ga gampang lupa, pffft, canda i

Riri : Haha, lu…. Apakah gw berkesan bagi lo?

Saya : Ya pastilah, lo kan yang difoto (di tag di fb) pose berkacak pinggang di bawah pohon
Berkesan, wkwk

Riri : Hahaha, dasarrr

Saya : Pfft

Riri : Tapi komunikasi juga penting banget, Ungkapan-ungkapan sederhana kita itu sangat berarti dan jadi terapi psikologi walaupun itu terkadang terkesan tidak lazim, seperti tadi
Lu berkesan bagi gw

Saya : Ooooooooowww :’) Lu juga berkesan, si wanita pohon… :’)

Riri : Haha, lu becanda aja, itu si Iin yang iseng

Saya : Iyaa, tau gw


Atau pukpuk Danu yang masih galau sama Hapenya yang ilang waktu kita abis makan-makan di D’Cost


Ceritanya beberapa hari yang lalu, saat ol di fb jam 10 malamnya mendadak saya kaget melihat si Danu masih online. Jam 10 itu memang masih masuk zona wajar bagi mahasiswa kalau belum tidur. But  FYI, Tidak saya saja, semua teman-teman Danu juga tahu bahwa Danu adalah mahasiswa terpagi di FEB dan jam tidurnya juga jam tidur mahasiswa paling sore yang pernah saya tahu, paling telat itu tidurnya jam 8 malam. Coba tebak, motor siapa yang paling pertama berdiri saat hari kuliah di pelataran parkir FEB?? ya, motornya Danu. Siapa yang paling dikenal mukanya oleh satpam karena selalu datang paling pagi? ya, mukanya Danu. Parkir kendaraan siapa yang paling dekat aksesnya ke pintu gedung kuliah? ya, parkirnya Danu. Siapa yang setiap hari memngepel lantai dan memebersihkan kloset FEB? hee... kalau ini bukan Danu, ini kerjaannya mas Totok, salah satu OB-nya FEB, ;p
Saya saja bahkan menebak Danu bahkan datang lebih pagi daripada satpam yang setiap hari membukakan pintu gerbang, saya membayangkan Danu setiap kali datang ke kampus harus menunggu di depan gerbang sampai satpamnya datang kerja dan membukakan pintu gerbang.
Maka dari itu, karena heran saya interogasi dah si Danu di chat
berikut obrolan chat beberapa hari sebelumnya di hari saat hapenya ilang


Ternyata hapenya ilang. Saya jadi sok-sok mencari-makna-dibalik-semua-ini, mengingat-ingat apa aja sih yang udah dilakukan Danu sebelum kehilangan hapenya
Flashback ke waktu saat kita masih main bareng siang harinya pada saat itu. Saya, Danu, Tossa, Baim, Bonar, Rully, dan Fauzan main ke Semawis, abis itu makan besar di D'Cost, disana, Danu dengan mata jalangnya heboh dengan apa yang ia lihat diantara tamu-tamu lainnya. “MILF!” serunya. “Coba lihat ke arah jam 11, ada milf!”, ternyata yang dia maksud tante-tante yang lagi makan bersama keluarganya dan mungkin disebelahnya adalah suaminya, dengan pakaiannya yang ketat dan super sexy, memamerkan kulitnya yang putih mulus, wew! Saya tebak, pasti dia pakai lulur mandi yang gambarnya putri raja. Mengingat malam itu mungkin inilah semacam peringatan buat Danu, atau mungkin bukan peringatan dari yang kejadian di D'Cost itu, mungkin peringatan dari kejadian yang lain, saya tidak mau berburuk sangka. Yaa, mungkin karna saya tidak mau berburuk sangka membuat anda mengira saya anak baik-baik, tapi sebenarnya dari awal sebelum Danu kasih tahu, saya juga sudah perhatikan “tante” yang dia maksud, dan juga berpikiran kurang lebih sama, milf! Pffft.
Ga Usah Di-:
Saya awalnya tidak tau kepanjangan dari MILF dan apakah kata ini selalu jorok. Seperti kata “kinky” dan beberapa kata lainnya yang tidak selalu saru, beberapa di benak anak anak sakau yang otaknya BF sejati begitu dengar kata “kinky” kemungkinan otaknya udah langsung kemana-mana padahal kata tersebut tidak selalu jorok artinya untuk kalimat dan situasi tertentu, beda kasus dengan milf ini, saya tidak pernah dengar kata milf di ucapkan di film, tv show, atau artikel berbahasa inggris. Makanya saya penasaran, apa ada tempat positif bagi kata milf sehingga saya tidak harus berburuk sangka bahwa Danu otaknya ternyata dobol triple x. Saya membuka tab baru lalu mengetik kata milf, dan plis! Jangan anda lakukan hal yang sama, cukup saya saja yang sudah melakukannya,dan cukup saya peringatkan saja disini, bahwa ternyata ketika hasil pencarian muncul, keluarlah semua hal-hal saru, apalagi di hasil pencarian gambar, semua gambar bisa meruntuhkan iman, tragisnya,ternyata  saya temukan di sebelah kanan atas layar, family filter-nya : off!  O tidak! Plis, jangan berburuk sangka dulu, saya sendiri tidak sadar saya pernah mematikan family filter di browser saya. Saya sendiri tidak mau menghabiskan waktu saya di internet untuk hal-hal yang minus manfaat (untuk sosmed tidak bisa dibilang minus, tapi masih mendekati nol). Sampailah kita kepada kesimpulan bahwa kata milf adalah kata yang maksudnya “selalu saru”. Yaiyalah, dari kepanjangannya aja udah ketahuan. Jadi anda tidak perlu melakukan hal yang sama, mencari tahu lagi di google. Because when you find it out, It turns you bad, and I’m already bad, pffft. At least, I say again, I don’t really like all things kind of waste my time or ruin my brain. Like I’m used to, be positive thinking! I’m a good guy. Yet, for some reasons, I could be a slut, Rawwr!
Selain itu, juga ada momen “agak nakal” lainnya yang mungkin juga jadi peringatan dari tuhan ke Danu. Selesai makan-makan. Kita melakukan sedikit “nasty trip”.  Kita jalan-jalan jajan mata ke "Sunan Kuning" hehe, belum tau Sunan Kuning itu tempat seperti apa? Go figure out yourself! :p. Dan sedikit menggelikan bagi saya ketika saya menemukan sebuah rumah bordil dengan slogan “lindungi anda, lindungi dia”

 H-1

Senin tanggal 31 siang hari saya ketemu Aji  di chat,

si Aji ternyata juga ngajakin buat ikutan acara bakar-bakar yang kemarinnya dibilang si Edwin itu. Di waktu lain, saya nulis 4 halaman dan tidur sepanjang hari, dan tentunya… tanpa belajar. Mwehehe. Eh, bangun-bangun udah sore aja, cepet banget emang waktu berjalan, jangan-jangan ntar malam begitu tidur lagi bangun-bangun eh saya sudah punya anak aja. He… Tak lama kemudian hape saya berdering, Aji sms agar segera kumpul di kosan Topan, tapi karena saya baru bangun, rasanya mager parah, saya ngulet lama di kasur, jalan kayak keong ke kamar mandi, dandanpun lamanya kayak pengantin wanita yang mau diijap didepan wali, kalau yang terakhir itu boong, aslinya selesai mandi saya buru-buru ganti baju ganti kolor ganti celana tarik motor, wusssss..., di tengah jalan Aji sms lagi kalo anak-anak udah pada kumpul di kosan Edwin dan saya disuruh langsung saja ke TKP.

Malam itu teman-teman yang tidak pulang kampung berkumpul. Selain saya, Edwin dan Aji, juga ada Mardhi, Yudha, Vahdis, dan Topan, plus orang tua Edwin yang ternyata juga lagi dikosan Edwin dalam rangka liburan. Selagi nungguin arang yang ga nyala-nyala jadi bara. Mamah Edwin masakin kita kueh-kueh, kayak tape ketan, gorengan, dsb. Trus beliau juga yang bikinin bumbu ayam panggang dan ikan panggangnya. Mama Edwin baik banget, cungguh! Dan bumbu ayam panggang dan ikan panggang bikinan mama Edwin juga enak banget, baru bumbunya doank udah enak, cumpah!

Mama Edwin udah daritadi keburu selesai masak-masak, dan orang-orang di komplek kosan Edwin juga udah keburu abis stock kembang apinya abis dimainin semua daritadi, bara yang dari lepas maghrib dittunggu-tunggu oleh 7 perjaka muda ini malah baru aja jadi. Tidak hanya menyalakan baranya yang bikin modar para perjaka, memanggangpun dihadapin sama ujan yang datang dan pergi bak cinta saya pada pandangan pertama yang kurang lebih sama, seringkali hilang timbul. Kita sibuk masang terpal, udah kepasang eh malah mencong-mencong, terpal dibongkar lagi trus dipasang lagi, begitu udah kepasang lagi, eh ujannya jatuhnya ternyata mereng-mereng, sedangkan terpal yang kita pasang tegak lurus sama api, alhasil sebagian apinya kena ujan, bongkar lagi deh, saya sendiri jadi putus asa, sempat ada pikiran buat memindahkan apinya ke teras, tapi terpalnya udah keburu dibenerin anak-anak, begitu terpalnya udah bener, eh, ujan reda, wah, malam yang menyenangkan :) .

Setelah menikmati kebersamaan acara panggang memanggang dan deselingi dengan sedikit acara putu-putu :3 , makanan pun disajikan. Saya tidak membayangkan sebelumnya bahwa makanan yang udah kita bikin dan siapkan ternyata banyak banget ketika semua makanan digiring ke karpet. Ebuset! Banyak amat! Saya suka makan, dan saya tidak tahu dengan anak-anak yang lain. Bahkan jika semua anak-anak sama hobi makannya dengan saya, saya tidak yakin semua makanannya bisa habis :#
(karna foto-fotonya masih di hapenya Edwin untuk sementara foto-fotonya yang ini dulu, yang kurang lebih mirip gitu deh party makan-makannya)
Entah ini lapar atau maruk namanya

Kata Aji kita makan ala Barbarian malam itu, yang mejanya penuh dengan makanan. Sedang yang lain bilang kita makan udah kayak sekumpulan hyena, ada kambing makannya pada keroyokan, ada sapi pada rebutan, ada domba dikerubungin bareng-bareng. 

Selesai makan-makan (dan memang tidak habis), Aji mengajak ke UNDIP nonton kembang api dari depan kedokteran UNDIP, di depan FK terdapat view yang mengarah ke kota Semarang, kita bisa lihat pemandangan kota Semarang dari sana. Usul Aji benar-benar ga sempat kepikiran sama sekali oleh saya sebelumnya, karenanya, Aji jadi mengingatkan saya bahwa ada spot di Tembalang dimana kita bisa lihat view kota Semarang secara menyeluruh. Ah, iya, di bukit Diponegoro di depan FK UNDIP! Padahal saya sering main muter-muter disana melihat-lihat kota Semarang dan gedung FK yang baru. Tadinya saya benar-benar tidak berharap malam tahun baru ini bakal meriah dengan kembang api atau ditengah-tengah ramai, macet, dan hiruk pikuk. Tadinya saya pikir malam ini hanya sekedar kumpul-kumpul dan makan-makan bersama teman-teman yang bagi saya sudah cukup menyenangkan dan sukur diajak tahun baruan. Tapi yeaaaah ternyata sepertinya saya masih bisa nonton kembang api! Saya jadi “agak” percaya kata orang  “Saat kita mengharapkan sesuatu bakal lebih maka kenyataannya sering terjadi dengan mengecewakan dan juga sebaliknya.” itulah yang saya rasakan, setelah 5 hari monoton, saya tidak membayangkan nanti tahun baru bakal seru seperti tahun sebelumnya, paling sendirian dikosan, dan membosankan. Paling malam tahun baru kali ini bakal saya habiskan dengan menonton marathon serial Avatar the Legend of Aang yang minggu lalu saya beli di Kaskus dan belum sempat saya tonton. Dan  setelah itu saya bakal tidur dari malam 2012 dan bangun pas zuhur 2013. Beruntung ada yang ngajak keluar acara bakar-bakar. Kemudian saya berasumsi lagi,  okelah, its better, yaaa paling malam tahun baru juga cuma bakar-bakaran biasa dan guyonan kayak di kampus biasanya, tapi lebih baik lah, dibanding tidur tok. Saya tidak bakal bisa pungkiri dalam benak dan hati saya (tjieh) bahwa saya merindukan pesta kembang api meriah seperti tahun kemarin, saat saya masih di Jogja nonton pesta kembang perawan, eh kembang api di asrama bareng teman-teman asrama yang tidak pulang kampung. Dari lantai 3 asrama kita tidak hanya bisa lihat kembang api dari Stadion Mandala Krida seberang asrama, tapi juga dari kejauhan kita bisa lihat pesta kembang api di Malioboro, so biutipul… . Dan itu sepertinya tidak akan ada, kenapa? Karena ini Tembalang! Namun, pikiran saya itu salah, malam pergantian tahun baru ini diluar ekspektasi saya. karena ide aji saya tahun ini bakal tetap bisa menyaksikan pesta kembang api dan dengan cara yang berbeda, kalo biasanya cuma bisa liat satu pertunjukan kembang api, sekarang saya nanti bakal bisa lihat banyak pertunjukan kembang api dari semua tempat di seluruh kota Semarang donk!? dari bukit Diponegoro yang di depan FK. Gratis pula!

Selagi anak-anak wara-wiri mempersiapkan keberangkatan, “Ini kayak mau pergi piknik aja ya?” pikir saya, gimana engga, kue-kue yang ga habis tadi di bungkus lagi katanya buat dicemilin pas nonton kembang api nanti, kenapa ga sekalian aja bawa tiker? Dikira piknik di bawah pepohonan sakura apah?. Selain itu saya agak cemas juga mikirin nanti disana aman apa engga, secara gedung FK itu paling belakang di komplek UNDIP, disana masih daerah baru, dan ga kebayang betapa sepinya kalo malam, kalau-kalau kami dirampok? Atau di palak? Gimana? Ini tuh tengah malam cuy…, kayak yang sering kejadian di UGM, daerah kawasan gedung pusat saja rawan kejadian perampokan, bahkan tak jarang si korban sampai dibacok, kadang tewas kadang masih diberi kesempatan hidup, Wallahu’alam.  Kalo di UGM biasanya sih kejadiannya itu tengah malam gitu, tengah malam kan sepi, kalo daerah udah sepi kan rentan kriminal. Nah, di UGM aja yang di pusat kota masih sering kejadian kriminal, apalagi di UNDIP?? Pinggiran kota gitu.

Saya ngikutin anak-anak saja dengan harap-harap cemas, berharap pulang-pulang kami masih hidup dan ga ada kejadian macam-macam. ,. Ternyata eh ternyata, sesampai di depan gerbang UNDIP, eh gerbangnya ditutup dan dijagain satpam. Beberapa orang juga terlihat ingin masuk ke dalam, fffiuh, saya bisa sedikit lega, agak lebih aman. syukurlah rupanya bukan cuma kami yang mau kesana, masih ada orang lain. Entah apa maksudnya pintu gerbang ditutup,  kami terpaksa masuk lewat jalan kecil sebelah jalan tol Semarang yang langsung menuju FEB, kampus saya tercinta. Saya perhatikan jalan ini yang biasanya sepi malam itu jadi ramai. Dan semakin dekat ke tujuan semakin terasa suara keramaian, petasan, kembang api, dan riuh. eleuh eleuh! Rupanya rame banget euy! Berasa masuk pasar. Trotoar yang menghadap ke view kota Semarang sampai penuh oleh makhluk tuhan yang paling kapitalis bernama manusia. Sepanjang jalan depan FK penuh dengan kendaraan yang parkir. Saya desak-desakan, keramaian memisahkan saya dan Edwin dengan yang lain, karena saya dan Edwin satu motor. Mereka yang lain itu memilih menonton di jalan setapak di sebelah perumahan Bukit Diponegoro. Saya dan Edwin lebih memilih di trotoar depan FK saja meskipun desak-desakan alasannya karena disana bisa lihat ke pusat kota Simpang Lima, sedangkan ditempatnya si Aji CS yang di sebelah perumahan Bukit Diponegoro itu membelakangi view ke Simpang Lima.

Selagi menunggu pukul 00.00 tiba, beberapa orang menyalakan kembang api mereka sendiri sebagai pemanasan, saya memerhatikan keluarga yang tampaknya bahagiaaaa sekali, lihat senyum anak mereka itu… bermain dengan ayahnya. saya agak iri, berkhayal seperti mereka, membayangkan bisa tahun baru bersama keluarga saya tanpa perang dingin yang selama ini sering membuat saya tertekan, saya kembali menatap lekat kota Semarang, hanya sebentar saya menikmatinya, pikiran saya jadi mengawang-awang, saya baru kepikiran sekarang tentang bagaimana keadaan di rumah saat ini. Prahara di rumah membuat sedikit bekas luka di dada. Kadang jika ingat kejadian itu dulu saya jadi malah merasa agak lega kuliah jauh dari rumah, kadang jika lupa saya malah rindu akan rumah. Ah, mewek, tapi Tuhan pasti tlah menentukan waktu saat semua sakit yang dirasakan semua orang di rumah saya berakhir.
“Dek, Deki!” saya baru sadar  Edwin yang berdiri jauh dibelakang saya memanggil saya, Aduh, saya mau menoleh ke belakang tapi keburu sadar mata saya udah berkaca-kaca, buru-buru saya usap dengan ujung lengan jaket saya sebelum netes bener. Malu euy kalau dah keliatan netes! Saya kemudian segera menghampiri Edwin, Edwin katanya mau minta sms. Tiba-tiba semua orang bersorak…

TIGA… DUA… SATU….!!!!!!! Happy New Yeaaaaar…

Saya jumpalitan kembali ke tempat saya semula tadi, menyaksikan kembang api diseluruh pelosok Semarang yang sudah memenuhi langit kota. What a great night view. Kembang api dimana-mana. Saya terpana…
Entah mungkin sudah 1 jam-an kami menyaksikan pesta kembang api, Aji menelepon mengajak pulang duluan, takut nanti pulang-pulang macet, tapi saya dan Edwin masih belum mau pulang, akhirnya mereka pulang duluan. Sayang banget, tak lama setelah Aji pulang, perumahan Bukit Diponegoro menyajikan pesta  kembang api raksasa. Dipertengahan pesta kembang api, saya sempat merekamnya pake hape Edwin, ga sebesar yang pertama kali sih,
(videonya juga masih di hp Edwin, pake video ini dulu yaa)


Saya sampai di kos jam 3 pagi, sesampai di kos saya langsung baringan di kasur kepikiran bahwa “tahun baruan tadi itu kok rasanya melankolis banget yaa?”, saya nyengir kuda. Entah gimana ceritanya saya sampai tertidur, tidur pulas sampai siang hari di 2013, hmm, permulaan tahun yang sangat patut diteladani, fufufu… 

Followers