***
Sabtu pagi, seusai kelas olahraga yang pada hari itu kita
kebagian materi SKJ ceria bak acara rutin ibu-ibu Dharma Wanita diakhir
pekan. Saya, Danu, Tosa, Gata, dan Bima menyusun rapat pleno berkaitan wacana
lawas bermalam minggu ke Lawang Sewu. Disusul kemudian Niku nimbrung minta
diajak. Dan fix kita ber-6 berangkat malam hari-nya, walau pada akhirnya Bima
tidak jadi ikut karena sesuatu hal.
Lalu Tosa mengajak temannya, Tata, dari teknik sipil, dan jadilah
kita tetap ber-6 orang OTW Lawang Sewu.
The Cast
![]() |
Saiia cii Deky Ciendtta KamM0h Cel4manaaah mpolepelll in My He4Rt |
![]() |
From left to right : Danu, Gata |
![]() |
Niku, Tosa, Tata (guest cast) |
***
Cerita berawal dari kebegoan Danu mengikuti orang yang disangkanya Gata. Setelah bingung dibawa kemana oleh orang yang mirip Gata dari belakang itu, dia memberanikan diri mendekat dan memanggilnya, namun orang tadi tidak menoleh. Lalu ia mencoba memanggil lebih keras! Ya! lebih keras! Angkat tangan mu… seperti ini… kemudian panggil! Lebih keras! (ini kenapa jadi Dora).
Apa kesimpulan yang dapat ditarik dari kecerobohan si Danu
tadi? Kita yang lebih duluan sampai jadi nungguin lama beeed kedatangan si
Danu. Belum lagi pas dia akhirnya sampai, si Danu plenga plongo dulu nyariin
kita padahal dari jauh saja sama kita dia sudah keliatan, namun kita diam saja. Menyaksikan wajah nya plenga plongo itu jadi hiburan
tersendiri.
Memasuki Gerbang Tol Cikampek, maksud saya gerbang Lawang Sewu,
kami dihadapkan dengan loket seadanya. Seorang ibu-ibu duduk di bangku seperti
bangku di sekolahan. Di atas mejanya ada buku dan pajangan cindera mata Lawang
Sewu. Lebih mirip konter penjual pulsa menurut saya.
Kita ditipu Bonar. Bonar yang ngakunya sudah biasa ke Lawang
Sewu bilang masuk Lawang Sewu cuma goceng, tau tau kami mesti keluar duit
15ribu masing-masing. Dengan rincian uang masuk
per kepala 10ribu dan uang pemandu 30rb. Karena kami ber-6 artinya kami mesti
patungan 5ribu per orang untuk pemandu. Sehingga total masing-masing jadi 15ribu.
Yang bikin saya paling antusias ke lawang sewu adalah bahwa
memang bukan isapan jempol belaka lagi kalau Lawang Sewu adalah tempat paling
angker se-Indonesia Raya. Bahkan mungkin salah satunya di dunia. Saya sudah
sering dengar cerita dari teman-teman
tentang ke-horror-an bekas gedung kereta api ini. Mereka punya pengalaman
mistis sendiri-sendiri saat berkunjung ke Lawang Sewu. Apalagi di tv-tv, Lawang
Sewu malah lebih terkenal angkernya daripada historikal dan estetika gedungnya
sendiri. Kali aja saya juga dapat pengalaman "kecut" seperti itu.
Pertama-tama si pemandu menawarkan diri untuk memfoto kami, dengan
senang hati lah! kita terima! Meski hasilnya nge-blur parah karena pengaturan
fokus kamera digital yang kita bawa di malam hari tidak lagi otomatis. Fokus manual kamera ada di tombol jepret,
rada jelimet, kita harus nahan sedikit dulu tombol jepretnya hingga keliatan
fokus baru dipencet betul untuk mengambil gambar. Beda kalau siang hari,
fokusnya bisa bekerja sendiri karena cahaya yang masuk banyak. Karena si pemandu
rada udik kali ya, jadi main pencet aja, hasilnya jadi seperti ini *poker face*
SM*ASS |
Pertama dan utama sekali kami dibawa masuk ke gedung paling
kecil di komplek itu. Entahlah itu gedung buat apa, saya tidak mendengarkan karena saya asik cekikikan bareng Danu di belakang. Adalah Tosa, Niku, dan Tata yang
sepertinya khidmat mendengarkan orasi si pemandu. Yang jelas di gedung itu kami
diperlihatkan foto-foto, gambar-gambar konstruksi, arsitektur, dan gambar-gambar lainnya segala yang berkaitan dengan Lawang Sewu.
kesusahan narik tuas |
Next, kami dibawa ke gedung tahanan. Begitu masuk, pertama
kali ada pajangan maket komplek Lawang Sewu, kemudian gambar-gambar lagi, si pemandu menjelaskan, lagi-lagi saya dan Danu tidak begitu menyimak. Yang paling konyol adalah, kami
diperlihatkan tuas-tuas pengendali air bawah tanah yang kemudian ruang bawah tanah tersebut dialih fungsikan sebagai penjara oleh Kolonial Jepang, setelah di jelaskan, si
pemandu menarik salah satu tuas tersebut sambil baca Basmalah, kemudian
membalikkannya posisinya lagi seperti semula. Kemudian Tosa mencoba menarik
tuas lainya, namun tidak bisa, keras. “Menariknya ga boleh sembarangan harus
dari hati, pake Bismillah”. Sontak yang lain termasuk saya bergantian mencoba
menarik tuas tersebut seperti yang diinstruksikan si pemandu, dari hati, sambil
baca Bismillah, meski si Gata menariknya tanpa Bismillah, karena dia seorang Kristian, sekedar penasaran. Tidak ada yang berhasil, ini seperti sayembara
bagi yang berhasil menarik tuas ini akan dinikahkan dengan putri mas pemandu.
Saya mulai curiga, asal tau aja, meski kedengerannya bodoh, tapi saya tadi sudah yakin akan bisa menarik tuas itu, saya
menariknya dengan penuh perasaan, keyakinan, optimisme, ketulusan, dan
keikhlasan, membaca Bismillah dengan khusyuk, namun tidak berhasil. Saya
perhatikan si pemandu terus memegangi tuas yang tadi ditariknya. “Eng… mas,
coba saya tarik yang itu”. Saya sambil menunjuk tuas yang dipeganginya itu. Ia lepas
tangan sambil cengengesan. Saya menariknya, dan ternyata…. yak, anda benar,
tahun gini gitu loh, masih ada aja yang begituan. Anda bisa menebak sendiri
kelanjutannya.
But, wait a moment...
***
Kita diajak naik tangga menuju lantai atas. Suasana mulai gelap. Sesuai alur tadi, saya tidak mendengarkan penjelasan si
pemandu, terlebih udah illfeel sama kejadian “tuas ajaib” tadi. saya sibuk
muter-muter sama Danu.suasana salah satu lokasi di lantai 2 |
nari balet malam-malam di loteng Lawang Sewu? Close enough! |
Jeng! Jeng! Jeng! Acara klimaks! penjara bawah tanah….
Hanya orang kurang kerjaan yang melanggar caution diatas |
Untuk masuk penjara bawah tanah kita harus bayar 10ribu lagi
per kepala plus pemandu baru lagi 20 ribu #ngenes .
![]() |
saya beri judul foto ini : merogoh kocek dengan muka nanar |
Untuk kebawah kita harus
memakai sepatu boots karena seluruh ruangan penjara digenangi air.
Kita berbaris berbanjar. Barisan depan (Tosa), tengah
(Gata), dan belakang (Danu) bertugas memegangi senter. Si Danu ogah-ogahan
baris paling belakang. Meski beda jauh, melihat posisi seperti itu saya jadi
ingat chapter saat adegan tim Naruto mengejar Sasuke, mereka membentuk barisan
berbanjar disusun berdasarkan skill masing-masing, Shikamaru paling depan
dengan kemampuan insting dan analisanya, dan Neji paling belakang dengan
penglihatan 360 derajat oleh byakugannya. Saya melihat Tosa yang gemar
mendengarkan memang lebih cocok didepan bersama pemandu, Danu dengan sifatnya
yang pecicilan sepertinya bisa meresist gangguan dari belakang dari miss kunti
atau dari makhluk sejenis lainnya.
boots diobral! diobral! *jayus |
![]() |
Ket : itu bukan lg ngerokok, belagak doank |
Kita diperlihatkan tempat-tempat penyiksaan tahanan, mulai dari penjara jongkok (tahanan jogkok dalam petak-petak yang diisi air se-leher dan tahanan dibiarkan sampai mati), penjara berdiri (kalo yang ini bedanya tahanan berdiri dalam air yang seleher juga, dan lagi-lagi tahanan dibiarkan sampai mati), pintu saluran air, sampai lubang corong pembuangan mayat.
suasana di kota santri. eh, suasana di bawah tanah |
alasan kenapa harus pake boots |
di lubang ini tahanan yang sudah mati dibuang |
Selesai keliling-keliling areal penyiksaan yang ternyata panjang juga, kita sampai di titik awal tadi. Anak-anak excited pengen uji nyali. Kami ditinggal bersama pengunjung lain, yaitu bersama 2 orang cewek yang kami temui disana. Kami berbaris persis di tempat uji nyali Dunia Lain episode Lawang Sewu yang fenomenal itu
Selingan :
Masih ingatkah kejadian penampakan disini?? Ada dua kali penampakan disini, saat uji nyali dan dimenit ke-7 di belakang presenter di atas tangga. Yang uji nyali dikabarkan meninggal setelahnya, hingga Dunia Lain diganti dengan
Masih Dunia Lain. Dan episode Dunia Lain “Lawang Sewu” ini berhasil menggaet
penghargaan tingkat asia (ah, kangen Dunia Lain)
uji nyali is over! |
Niku, masih dg lokasi uji nyali |
Balik ke topik, disini saya mulai deg-degan, apa sebab?
Bayangan putih datang dari sebelah kanan saya. Si Danu kaget. Ternyata ia juga
merasakannya. Lalu dengan sigap menyalakan senternya kearah bayangan tadi,
namun hilang seketika. Saya gelisah, serasa hidup saya terdesak. Saya berusaha
mencegah bayangan-bayangan lain sebelum mereka dari dimensi
lain itu benar-benar menampakkan wujud mereka. Saya
mencegahnya dengan cekikikan sambil jokingan jayus agar suasana lebih rame. Saya tidak mau diam, “Pak, udah pak”. Ujar saya sambil melambai-lambaikan tangan
persis di acara uji nyali tadi. Sampai akhirnya si pemandu sang penyelamat
datang dan menyalakan lampu. Sebagian anak-anak terlihat ngedumel.
Kita balik lagi ke lantai atas, dalam hati saya kekeuh
“Udah, cukup sekali itu saja”. Kita keliling lagi sebentar. Sayangnya gedung
utama yang paling megah seantero komplek tidak dibuka untuk umum. Sepertinya
gedung itu adalah kantor utama. Kita hanya bisa mengintipi dari luar lewat
celah-celah pintu. Selesai leyeh-leyeh mengitari
komplek lawang sewu tanpa pemandu, kita mampir di lokomotif yang di pajang di
halaman depan. Tossa dan Tata naik ke atas, saya cukup duduk-duduk di bawahnya
dan yang lainnya berdiri melihat dari bawah menyaksikan Tossa dan Tata.
“Biarlah, kita serahkan malam ini sepenuhnya untuk mereka berdua” ujar Danu.
Saya tidak terlalu memperhatikan perbuatan maksiat apa yang mereka perbuat diatas, saya duduk
sendiri di bawah sibuk menikmati arsitektural bangunan utama. Tossa dan Tata
memang sepertinya “eman-eman” untuk ditimbrungi, sejak keluar dari penjara
bawah tanah tadi mereka berdua sepertinya lebih banyak memisahkan diri dari
kita. Bahkan sebelum berduaan di atas lokomotif kita sempat nanya “kalian satu
sekolah?”, “iya”, “satu kosan?”, “enggak”, “kenapa ga satu kos-an aja?”, “atau
satu kamar?” imbuh yang lain. “pengennya sih gitu” jawab Tata.
ciee cieee... |
***
Usai dari Lawang Sewu kita terjun ke Taman KB, mencari
tempat makan untuk memenuhi permintaan si Danu yang dari tadi mengeluh
kelaparan. “Taman KB? Taman Keluarga Berencana?” Danu penasaran. “bukan, taman
buat yang ‘K’-nya berukuran ‘B’ ” Jawab Tossa nyengir, Saya cengengesan, si Danu
bingung. Maaf, kalo soal ini radar saya memang kuat. Hehe… *nyengir
Selesai makan di foodcourt taman KB, (yang ternyata esoknya
saya dikasih tahu kalo taman KB itu zona rawan perempuan jadi-jadian alias
banci), anak-anak sibuk mengeluarkan motor dari
parkir, sedangkan saya tergopoh-gopoh menghampiri Danu, segera merampas tas-nya dan mengambil kamera di dalamnya karena di
area parkir itu saya mendapati… TARAAAAAAA… ini dia!
vespa seribu sepion |
tampak depan |